JAKARTA, KOMPAS.TV - Ticket war konser Coldplay ternyata masih menyisakan rasa kesal bagi para fans yang tak kebagian tiket. Seperti yang diungkapkan Tia (bukan nama sebenarnya) lewat media sosial Instagramnya.
Tia menilai banyaknya calo membuat fans biasa seperti dirinya jadi sulit mendapat tiket, baik saat presale maupun public on-sale.
"Yahh begitulah, semua mendadak jadi calo. Yang bukan calo juga ikutan nyalo," tulis Tia di Instagram Storynya pada Jumat (19/5/2023).
"Ngeberantas calo sebenarnya gampang, enggak beli dari mereka saja juga kelar!!! Biar si calo mandi tiket (mungkin negara kita emang belum siap musisi besar). Calo yang harganya bisa lebih dari 2x lipat," tambahnya.
Tia mengatakan, seandainya dia punya budget lebih untuk membeli tiket, ia tidak akan membeli dari calo. Ia mengaku selama ini bekerja mencari uang tidak instan, sehingga tak rela kalau uangnya dinikmati calo.
"Untungnya gw cari uangnya pakai keringat, bukan pakai uang "cepet", jadi enggak rela buang uang untuk calo. (Khan katanya mau jadi negara maju)," ujarnya.
Tia mengaku lain kali akan lebih memilih nonton konser di luar negeri, sekalian memberi devisa wisata ke negara lain.
Baca Juga: Tiket Ultimate Experience Coldplay: Dibanderol Rp11 Juta, Paling Mahal tapi Paling Cepat Habis
"Bener saja sih kita memang 20 tahun tertinggal dari negara maju," ucapnya.
Ada juga penggemar Coldplay bernama Aya, yang gagal mendapat tiket meski sudah ikut war di warnet gaming. Aya mengeluhkan website yang dituju tak bisa dibuka lantaran sedang maintenance.
Aya pernah beberapa kali menonton konser di luar negeri. Menurutnya secara umum sistem penjualan tiket sama dengan di Indonesia, ada ruang tunggu online juga.
"Cuma memang enggak ngalamin eror atau glitch kayak di sini. Dan enggak ada server tetiba maintenance sebelum ticketing dibuka," kata Aya kepada Kompas TV, Jumat (19/5/2023).
Aya bercerita di warnet gaming tempatnya war tiket, ia harus bersaing dengan para penyedia jastip tiket konser. Ia menyebut mereka mempunyai grup yang isinya para jastip dan saling memberi info jika ada ticket war.
Jika sebagian orang menyebut jastip sama dengan calo, Aya tidak terlalu mempermasalahkannya.
"Jastip enggak ada (di luar negeri), tapi calo banyak. Kebanyakan bisa jual di web legal kayak Viagogo. Aku sebagai concert goer enggak terlalu masalah sama jastip. Asal proposional," tutur Aya yang bekerja di industri media.
Baca Juga: Tips Pilih Jastip Tiket Konser, Hati-hati Jangan Sampai Duit Hasil Nabung Hangus Kena Tipu
Ia menerangkan, para jastip menyewa warnet minimal Rp100.000. Lalu rata-rata fee jastip yang mereka terapkan maksimal Rp400.000. Aya menilai jumlah itu masih masuk akal.
"Yang enggak masuk akal itu kalau jastip fee-nya Rp1 juta atau 15 persen dari harga tiket. Lah situ promotor juga bukan, calo sih iya," tegasnya.
Aya mengakui jika konser Coldplay di Indonesia terasa lebih heboh jika dibanding di luar negeri. Hal itu karena Coldplay sudah pernah konser sebelumnya di negara-negara tersebut. Sedangkan di Indonesia baru kali ini.
"Di luar negeri karena show-nya banyak. Di US saja mereka ke banyak state. Kalau Asia kan mereka destinasinya dikit. Apalagi ke Indo dan Malaysia yang belum pernah mampir sama sekali. Ya pasti lebih hype sih," sebutnya.
Seperti diketahui, penjualan tiket Coldplay di Malaysia juga ludes dalam hitungan menit. Bahkan ada calo yang menjual kembali tiket Coldplay seharga Rp300 juta lewat online.
Lain lagi dengan Olla, fans Coldplay yang sudah 2 kali nonton konser band asal Inggris itu pada 2017, di Australia dan Singapura.
Olla bercerita, tidak ada war saat ia membeli tiket konser Coldplay di Melbourne saat itu.
Baca Juga: Jelang Coldplay ke Jakarta, Jastip Tiket Konser Menjamur, Apa Bedanya dengan Calo?
"Aku ngecek hari Senin untuk pilih-pilih seat. Dan mikir-mikir mau nonton yang tiket berapa harganya. Bisa aku tunda tuh. 2 hari kemudian aku beli masih ada," kata Olla saat dihubungi Kompas TV, Jumat (19/5).
Sedangkan di Indonesia, untuk jenis seat tertentu sudah habis dalam 2-5 menit begitu penjualan terbuka. Selang 15 menit kemudian, semua jenis tiket sudah full booked. Lalu dalam waktu 1-2 jam, semua tiket dibayar lunas dan sold out.
Menurut Olla, ada beberapa hal yang membuat ticket war konser Coldplay di Indonesia jadi sedemikian ketat.
"Pembeli tiket di Aussie kemungkinan pembelinya lebih santai dan sedikit karena ada konser juga di kota lain. Di Sydney dan 1 kota lagi di Canberra kalau enggak salah," terangnya.
"Kalau menurut aku, sekarang di Indonesia lebih karena pascapandemi, orang-orang lebih menggila untuk nonton konser dibanding dulu. Bukan karena sistem pembelian ticket atau karena cuma konser 1 hari. Bisa dilihat dari beberapa konser artis internasional belakangan ini, banyak yang rusuh," lanjutnya.
Kalau soal calo, Olla bilang saat di Melbourne ada yang menjual tiket saat hari berlangsungnya konser di lokasi. Tapi kalau di Singapura tidak ada calo.
Sedangkan jastip, saat itu baru ada sedikit yang menawarkan jasanya lewat Instagtram untuk konser di Singapura.
Baca Juga: Bareskrim akan Panggil Penjual Tiket Resmi Terkait Kasus Penipuan Tiket Konser Coldplay Jakarta
Sementara secara umum, menurutnya sistem penjualan tiket Colplay saat di Australia dan Singapura dengan Indonesia saat ini sama saja.
"Yang bikin sekarang beda, calo dan jastip bermunculan karena si calo-calo dan jastip-jastip ini liat antusiasme orang yang luar biasa sejak info plan konser Coldplay ini dirilis Mas Menteri (Menparekraf Sandiaga Uno)," ujar Olla yang merupakan seorang pengusaha muda.
Namun, di konser 2023 ini Olla memutuskan untuk tidak ikut war ticket Coldplay, karena tahu persaingannya akan super ketat.
"Enggak pernah ngerasain war ticket. Karena kalau sudah pasti banyak yang minat suka langsung males.
Pas tahu di awal bakal susah dapetin tiketnya, biasanya langsung mundur teratur," pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.