JAKARTA, KOMPAS.TV- Pemerintah kini sedang mempersiapkan peralihan kendaraan berbasis bahan bakar fosil ke bahan bakar listrik. Ditargetkan, seluruh kendaraan bermotor yang beroperasi di Indonesia nantinya berupa kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Hal ini tentunya menjadi peluang bisnis yang menggiurkan karena jumlah penduduk Indonesia yang besar, menjadi jaminan akan tingginya permintaan kendaraan listrik di masa depan.
Saat ini, para pemain di sektor kendaraan listrik sudah mulai bermunculan dan ternyata mereka dekat dengan lingkaran kekuasaan.
Seperti Alva yang memproduksi motor listrik, merupakan anak usaha dari Indika Energy Group. Bos Indika adalah Arsjad Rasjid yang juga Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Kemudian Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang terafiliasi dengan PT Mobil Anak Bangsa (MAB) yang membuat bus listrik dan motor listrik.
Mantan Panglima TNI ini juga merupakan Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo).
Kemudian ada Pandu Sjahrir yang merupakan CEO Electrum, perusahaan patungan antara PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) dengan GOTO (Gojek-Tokopedia), yang akan memasok motor listrik untuk armada GO-JEK dan juga untuk dijual secara komersial.
Electrum di bawah kepemimpinan Pandu Sjahrir menargetkan bisa membuat 2 juta motor listrik untuk pasar Indonesia.
Baca Juga: Kerugian Mobil Listrik Dibanding dengan Mobil BBM, dari Harga hingga Jangkauan, Begini Hitungannya
Pandu Sjahrir adalah keponakan dari Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Pandu merupakan anak pasangan Nurmala Kartini Sjahrir (adik Luhut) dengan ekonom Sjahrir.
Pandu terlihat bersama Luhut saat menemui Elon Musk di Amerika Serikat beberapa waktu lalu, serta saat Luhut membuka perdagangan di bursa saham New York.
Pandu Sjahrir lahir di Boston pada tanggal 17 Mei 1979.
Sebelumnya ia menjabat sebagai Kepala Energi Kadin Indonesia, Direktur PT Toba Bara Sejahtra Tbk (perusahaan yang didirikan Luhut), Komisaris Utama SEA Group Indonesia (induk Shopee), dan Komisaris PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek).
Saat ini Pandu menjabat sebagai Komisaris Independen PT Elang Mahkota Teknologi (sejak 12 Agustus 2020), Kepala Badan Pengembangan Keuangan Digital KADIN (sejak 2021), Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk (sejak 2021), Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) (sejak 2020), Managing Partner Indies Capital Partners, dan CEO Electrum.
Pendiri dan kepala investasi Crescent Cove Advisors yang berbasis di San Francisco Jun Hong Heng mengatakan, Pandu Sjahrir adalah salah satu dari segelintir orang yang sangat penting dalam bisnis teknologi di Asia Tenggara.
"Namun yang membedakan Sjahrir adalah koneksinya," kata Heng seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/10/2022).
Baca Juga: 189.803 Mobil Dinas akan Diganti Mobil Listrik Secara Bertahap Pakai APBN, Jokowi Sudah Setuju
Heng menilai Pandu Sjahrir punya banyak keuntungan dengan menjadi keponakan Luhut dan anak dari Ekonom Sjahrir.
"Dia berasal dari keluarga politik. Dia tahu banyak seluk beluk pemerintahan. Dia akan bisa menjembatani atau menghubungkan Anda dengan orang yang tepat. Itu nilai tambah terbesar.” ujar Heng.
Pandu Sjahrir lahir di Boston dan belajar di AS, memperoleh gelar MBA dari Sekolah Pascasarjana Bisnis Universitas Stanford. Ia pernah bekerja di bidang keuangan di New York, Hong Kong dan Singapura -- termasuk sebagai analis di Lehman Brothers Holdings Inc yang sekarang sudah tidak beroperasi.
Pandu Sjahrir pindah ke Indonesia pada tahun 2010, ketika keluarganya memintanya untuk membantu mendaftarkan perusahaan pertambangan batu bara mereka, PT TBS Energi Utama -- kemudian disebut Toba Bara. Setelah Toba Bara go public pada 2012, ia beralih ke bisnis teknologi.
Bloomberg menyebut salah satu investasi awal Pandu Sjahrir adalah di Sea, perusahaan yang dipimpin oleh Forrest Li, yang sempat menjadi orang terkaya Singapura tahun lalu.
Li, seorang mahasiswa di Sekolah Pascasarjana Bisnis Stanford pada tahun sebelum Sjahrir, memintanya untuk bergabung dan berinvestasi.
Baca Juga: Jalankan Instruksi Jokowi, Prabowo Dorong Percepatan Produksi Motor Listrik Militer
Mantan Presiden Sea Group Nicholas Nash, bahkan menyebut Pandu Sjahrir sebagai anggota "Mafia Stanford", yakni sekumpulan pebisnis lulusan Stanford University yang menguasai bisnis teknologi di Asia Tenggara.
"Dengan tenang dan sabar, semacam 'Stanford Mafia' telah berkumpul di sini di lingkaran teknologi Asia Tenggara," ujar Nicholas Nash kepada Bloomberg.
Setelah Pandu bergabung pada 2016, saham Sea melonjak lebih dari 24 kali lipat dari listing mereka pada 2017 hingga tertinggi pada Oktober tahun lalu.
Sumber : Kompas TV/Bloomberg
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.