JAKARTA, KOMPAS.TV – Investasi jangka panjang merupakan suatu langkah dalam menanamkan aset dalam jangka waktu tertentu. Umumnya berlaku lebih dari lima tahun.
Dikutip dari gramedia.com, ada beberapa pilihan instrumen investasi jangka panjang tersebut di antaranya;
1. Saham
Saham merupakan surat berharga sebagai bukti pemilik modal menjadi bagian dari kepemilikan aset ataupun perusahaan yang mengeluarkan saham. Saham menjadi instrumen investasi yang digemari oleh kalangan investor baru karena ia menawarkan keuntungan besar jika dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya.
Namun, saham termasuk jenis investasi dengan risiko tinggi, mengingat fluktuasi di pasar saham terjadi setiap hari dan dapat memengaruhi imbal hasilnya. Oleh karena itu, investor pemula yang ingin terjun ke saham, harus melakukan riset mendalam tentang saham.
2. Reksadana
Reksadana adalah surat berharga yang mewakili suatu aset atau klaim aset. Selain cocok bagi yang terjun di dunia bisnis, investasi reksadana juga cocok untuk pemula.
Sebab, manajer investasilah yang akan mengatur porsi penempatan dana kita di pasar uang, saham, atau surat utang. Termasuk juga menentukan komposisi saham apa yang dibeli untuk mendapatkan keuntungan.
Beberapa jenis reksadana yang bisa kamu pilih di antaranya reksadana pasar uang, reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana syariah.
Baca Juga: Ingin Investasi Emas? Perhatikan Dulu Keuntungan dan Kekurangannya Berikut Ini
3. Emas atau Logam Mulia
Investasi emas dijuluki juga ‘safe haven’ karena emas dapat dijual kapan saja. Investasi ini memberikan keuntungan hingga 12 persen dalam jangka panjang dengan risiko rendah. Pasalnya, harga emas cenderung stabil tetapi adanya inflasi harga selalu meningkat setiap tahun.
Apabila inflasi mengalami penurunan, harga enas tidak akan turun secara drastis. Selain itu, emas mempunyai tingkat likuiditas yang sangat tinggi.
Namun, untuk mendapatkan keuntungan maksimal, kamu sebaiknya berinvestasi untuk jangka panjang, yakni untuk 10-20 tahun ke depan. Tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk berinvestasi emas, sebab kamu bisa mencoba berinvestasi dengan cara dicicil di berbagai platform emas digital.
4. Obligasi
Obligasi adalah surat berharga dari peminjam kepada pemberi pinjaman. Oleh karena dijamin oleh negara, risiko investasi jangka panjang ini sangat rendah. Bahkan, sampai sekarang belum ada kasus pembayaran komisi yang telat ataupun gagal. Sehingga investasi obligasi cocok untuk investor pemula.
Obligasi juga menguntungkan kedua belah pihak. Perusahaan yang mengeluarkan obligasi mempunyai kesempatan memperoleh modal dari piutang untuk meningkatkan bisnis. Sementara, pihak piutang sebagai bentuk investasi yang akan mendatangkan profit di masa mendatang.
Terdapat tiga jenis SBN yang bisa dipilih, yakni Saving Bond Ritel (SBR), obligasi negara dan sukuk tabungan berupa Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Selain itu ada juga Obligasi Negara Ritel (ORI), berupa surat utang negara yang dijual pada investor ritel.
5. Properti/Tanah atau Bangunan
Investasi ini dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang menguntungkan. Salah satunya karena harga tanah setiap tahunnya mengalami kenaikan.
Misalnya, membeli tanah ataupun sebuah rumah kemudian dirawat. Lima sampai sepuluh tahun mendatang baru di jual aset properti dan harganya akan mengalami kenaikan.
6. Tabungan berjangka
Tabungan berjangka merupakan salah satu investasi yang dapat diambil keuntungannya ketika sudah mencapai waktu yang ditentukan. Misalnya, jika kamu ingin memasukkan anak kamu ke taman kanak-kanak atau sekolah dasar dalam beberapa tahun, buat sistem pembayaran dengan mendaftar di program tabungan berjangka.
Selain itu ada sistem debit otomatis (auto debet) yang memudahkan kamu untuk menabung. Jadi, kamu tidak perlu menyetor secara manual setiap bulannya.
Perubahan suku bunga di pasar akan mempengaruhi nilai investasi dan pendapatan perusahaan. Saat suku bunga naik maka obligasi akan turun dan sebaliknya.
Risiko fluktuasi disebut juga naik turunnya nilai aset. Hal ini disebabkan karena adanya sentiment pasar. Modal investasi dapat menghilang karena terjadi risiko fluktuasi pasar ini.
Nilai tukar mata uang negara dengan mata uang asing akan berpengaruh terhadap investasi jangka panjang. Contohnya, ketika memilih berinvestasi dengan mata uang Inggris atau Pound Sterling.
Apabila nilai tukar Rupiah melemah terhadap Pound maka dengan terpaksa akan membelanjakan uang rupiah tersebut dalam jumlah yang lebih banyak.
Apabila adanya kerja sama yang bergejolak antara Indonesia dengan negara asing, membuat kondisi politik tidak stabil hingga terjadi kudeta. Maka, para investor akan mengalami kegagalan, sebaiknya para investor lebih cermat dan memahami situasi politik terelebih dahulu.
Saat inflasi terjadi, harga konsumen akan mengalami kenaikan sedangkan daya beli masyarakat akan mengalami penurunan. Selain itu, nilai uang juga akan menurun.
Misalnya, kita mempunyai portofolio investasi hingga Rp 10 juta kemudian terjadi inflasi sebesar 5 persen, maka kita akan kehilangan Rp 2 juta rupiah dalam nilai tersebut.
Risiko ini akan sangat terasa apabila investor berinvestasi di pasar yang masih baru. Apabila pasar tidak bersedia membelinya, maka uang tunai yang baru di dinvestasikan dianggap likuid. Sehingga, uang tunai akan sulit bersedia dalam kurun waktu tertentu.
Sumber : Kompas TV/parapuan.co/gramedia.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.