JAKARTA, KOMPAS.TV – Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung mendapatkan persetujuan dari pemerintah terkait Penyertaan Modal Negara (PMN) dan komitmen pendanaan dari China Development Bank (CDB).
Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi menyampaikan, struktur pembiayaan KCJB adalah 75 persen dari nilai proyek dibiayai oleh CDB dan 25 persen dibiayai dari ekuitas konsorsium. Dari 25 persen ekuitas tersebut, sebesar 60 persen berasal dari konsorsium Indonesia karena menjadi pemegang saham mayoritas.
Dengan demikian, pendanaan dari konsorsium Indonesia ini sekitar 15 persen dari proyek, sedangkan sisanya sebesar 85 persen dibiayai dari ekuitas dan pinjaman pihak China, tanpa adanya jaminan dari Pemerintah Indonesia.
"Masuknya investasi pemerintah melalui PMN kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku pemimpin konsorsium (leading consortium) kereta cepat Jakarta-Bandung bisa mempercepat penyelesaian pengerjaan proyek setelah sempat tersendat akibat pandemi Covid-19,” ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Senin (1/11/2021)
Sebagai informasi, kereta cepat Jakarta-Bandung masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dibangun melalui kerja sama Indonesia dan China yang pengerjaannya menggunakan teknologi tinggi sehingga bisa menjadi suatu lompatan yang baik bagi Indonesia.
Baca Juga: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Gunakan APBN, Fadli Zon: Ini Bisa Dibilang Sebuah Skandal
Terlebih, kedua negara juga telah melakukan transfer knowledge sehingga para pekerja di Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan kompetensinya.
Adapun, PMN yang akan dialokasikan pemerintah sebesar Rp 3,4 triliun, digunakan untuk pembayaran base equity capital atau kewajiban modal dasar dari konsorsium. Pinjaman CBD diperkirakan mencapai 4,55 miliar dolar AS atau setara Rp 64,9 triliun.
Saat ini menurut informasi, progres pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) sudah mencapai lebih dari 79 persen.
“Rangkaian kereta atau Electric Multiple Unit (EMU) untuk proyek tersebut sudah memasuki tahap produksi di pabrik China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Sifang di Qingdao, China, dengan sistem manajemen mutu terstandardisasi internasional ISO 9001,” kata Dwiyana.
Sebelumnya, pengamat ekonomi Piter Abdullah menilai pembangunan infrastruktur kereta cepat rute Jakarta-Bandung akan meningkatkan daya saing Indonesia di mata global dalam jangka Panjang. Pasalnya, proyek yang dibangun PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tersebut didukung sistem transportasi yang terintegrasi.
Sementara, hal senada juga dikatakan oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah bahwa pembangunan infrastruktur itu salah satu syarat untuk kita membangun daya saing.
“Dengan adanya kereta cepat, seperti juga jalan tol, maka ada kemudahan yang bisa berdampak baik untuk ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Baca Juga: Pemerintah Pakai Rp4,3 Triliun Uang APBN untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.