JAKARTA, KOMPAS.TV- Lippo Group terus berekspansi dengan mendanai perusahaan rintisan digital atau startup. Hal itu dilakukan lewat perusahaan modal ventura milik Lippo Grup, Venturra Capital.
Hingga saat ini, Lippo telah menanamkan uangnya di 40 startup yang ada di Indonesia dan mancanegara, dengan modal awal sejak berdiri tahun 2015 mencapai 150 juta dollar AS.
“Investasi di awal-awal itu kecil-kecil, namun kini portofolio kami yang sudah mencapai hampir 40 perusahaan, memiliki valuasi yang berlipat-lipat,” kata Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady, dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (7/10/2021).
Investasi yang dilakukan Lippo lewat Venturra Capital, mulai dari seed funding hingga menyuntikkan modal ke startup yang telah mapan dan bersiap untuk melantai di bursa saham.
Venturra Capital telah berinvestasi di antaranya ke Ruang Guru, Ovo, Sociola, Zilingo, ruangguru.com, Luno, Shopback, Kaodim, Sociolla, Bride Story, dan Fabelio TADA.
Baca Juga: Investasi Rp21 Miliar, Grup Lippo Caplok 3,38 Persen Saham Ruangguru
Sedangkan startup luar negeri yang didanai Lippo adalah Grab dan Prenetics yang berbasis di Hong Kong.
Prenetics berdiri sejak 2007, bergerak di bidang laboratorium kesehatan dan beroperasi di 10 negara. Nilai perusahan Prenetics saat ini sebesar 1,25 miliar dollar AS.
Prenetics kini bersiap melakukan merger dengan Artisan Acquisition Corp yang terdaftar di AS dan akan mencatatkan saham perdananya di bursa.
Perusahaan gabungan dengan nilai valuasi mencapai 1,7 miliar dollar AS itu akan terdaftar di bursa Nasdaq dengan simbol PRE.
John menjelaskan, salah satu strategi Venturra Capital dalam berinvestasi adalah dengan menitikberatkan kepada kerja sama atau kemitraan strategis dengan investor luar.
Baca Juga: Jeff Bezos Investasi ke Startup Indonesia Pemasok Barang ke Warung
"Hal inilah yang kami kembangkan dengan keberadaan Ovo, yang pada awalnya memang kami bangun untuk pembayaran digital, saat itu Grab mau ikut bekerja sama," tutur John.
Lippo juga menggabungkan kepentingan portofolio digital ataupun kemitraan digital dengan lini bisnis konvensional yang telah dimiliki.
"Strategi ini memperkuat ekosistem digital, biar bagaimanapun tetap butuh jaringan bisnis secara fisik," ucapnya.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.