Kompas TV bbc bbc indonesia

Omicron Subvarian BA.2 Sudah Muncul di Indonesia, Perlukah Kita Khawatir?

Kompas.tv - 3 Februari 2022, 22:07 WIB
omicron-subvarian-ba-2-sudah-muncul-di-indonesia-perlukah-kita-khawatir
Di India, subvarian BA.2 dengan cepat menggantikan varian Delta dan Omicron. (Sumber: Getty Images via BBC)
Penulis : Vyara Lestari

Varian Omicron kini menyumbang setengah dari infeksi Covid-19 di dunia.

Namun Omicron adalah istilah umum untuk sejumlah garis keturunan yang berkerabat dekat dengan virus corona, SARS-CoV-2. Di antara garis-garis keturunan itu, yang paling umum ialah BA.1.

Sekarang semakin banyak negara, terutama di Asia dan Eropa, melaporkan peningkatan kasus yang didorong oleh BA.2. Di Indonesia pun sudah dideteksi lebih dari 50 kasus varian baru tersebut.

Meskipun BA.2 tampaknya lebih mudah menular daripada varian-varian sebelumnya, belum ada data yang menunjukkan bahwa ia menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Jadi perlukah kita khawatir dengan subvarian yang sedang menyebar ini? Berikut hal-hal yang sudah kita ketahui sejauh ini.

Baca juga:

Apa itu BA.2?

Ketika virus bermutasi menjadi varian baru, mereka kadang-kadang terpisah atau membentuk cabang baru dalam 'silsilah keluarga' virus, menjadi subvarian. Varian Delta, misalnya, memiliki 200 subvarian.

Hal yang sama terjadi pada Omicron, yang memiliki garis keturunan BA.1, BA.2, BA.3 dan B.1.1.529.

BA.1 menyumbang sebagian besar kasus Omicron saat ini. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hampir 99% DNA virus yang diserahkan ke basis data global GISAID pada 25 Januari diidentifikasi sebagai sub-varian ini.

Subvarian BA.1 dan BA.2 serupa tapi tak sama. Mereka terpisah sejauh 20 mutasi.

Asal-usul BA.2 belum jelas, tetapi ia pertama kali terdeteksi di Filipina pada November lalu.

Di mana saja BA.2 menyebar?

Sub-varian Omicron ini sudah terdeteksi di 57 negara, kata WHO. Di beberapa negara, BA.2 menyumbang lebih dari setengah kasus Omicron, imbuh organisasi itu.

Di sebagian tempat, lonjakan kasus BA.2 yang tercatat lebih tajam.

Menurut Statens Serum Institut (SSI) Denmark, infeksi BA.2 meningkat menjadi sekitar setengah dari kasus Covid yang dilaporkan di negara itu pada Januari.

India adalah negara lain tempat BA.2 dengan cepat menggantikan varian Delta dan Omicron BA.1, menurut pakar biologi molekuler Bijaya Dhakal.

Ia sudah menjadi varian dominan di beberapa negara bagian dan kemungkinan besar mendorong gelombang infeksi ketiga di negara itu baru-baru ini.

Departemen Kesehatan Filipina (DOH) mengatakan sub-garis keturunan BA.2 sudah lazim dalam sampel yang diterimanya pada akhir Januari.

Dan di Inggris, lebih dari 1.000 kasus BA.2 telah dikonfirmasi, menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA). Subvarian ini telah dinyatakan sebagai "varian yang sedang diselidiki" oleh otoritas kesehatan Inggris, yang berarti mereka terus mengawasinya, tetapi tidak terlalu khawatir dengan hal itu.

Infeksi BA.2 di Jerman juga tumbuh lebih cepat daripada BA.1 dan Delta, menurut Dr Meera Chand, direktur Covid-19 di UKHSA.

Sedangkan di Indonesia, sebanyak 55 kasus subvarian BA.2 Omicron sudah ditemukan, kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi kepada Kompas.com.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan dalam sebuah wawancara di televisi bahwa subvarian BA.2 lebih sulit dideteksi menggunakan tes PCR S Gene Target Failure atau SGTF - metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kasus probable Omikron.

Menkes Budi memastikan bahwa Indonesia akan memiliki fasilitas untuk mendeteksi subvarian BA.2 Omicron.

Apakah BA.2 lebih menular?

Sebuah studi terhadap 8.500 keluarga dan 18.000 individu yang dilakukan oleh SSI Denmark menemukan bahwa BA.2 "secara substansial" lebih menular daripada BA.1.

Studi ini juga menunjukkan bukti yang mengindikasikan bahwa sub-varian BA.2 lebih mampu menghindari vaksin.

Namun, orang yang divaksinasi masih lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi daripada individu yang tidak divaksinasi, dan mereka juga cenderung tidak menularkannya.

Secara terpisah, sebuah studi di Inggris juga menemukan bahwa BA.2 lebih mudah menular dibandingkan dengan BA.1.

Namun penelitian awal itu tidak menemukan bukti bahwa vaksin akan kurang efektif terhadap penyakit bergejala yang diakibatkan kedua sub-varian.

Apakah BA.2 lebih berbahaya?

Tidak ada data yang menunjukkan bahwa BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada sub-varian Omicron sebelumnya.

"Melihat negara-negara lain tempat BA.2 sekarang mendominasi, kami tidak melihat lonjakan dalam rawat inap yang lebih tinggi dari perkiraan," kata Dr Boris Pavlin dari WHO.

Francois Balloux, Profesor Biologi Sistem Komputasi dan direktur UCL Genetics Institute, mengatakan bahwa BA.1 dan BA.2 "dapat dianggap sebagai dua sub-varian Omicron yang sebagian besar setara secara epidemiologis".

Seperti varian sebelumnya, para ahli percaya vaksin akan masih sangat efektif melindungi dari penyakit parah, rawat inap, dan kematian.

Dr Chand mengatakan: "Sejauh ini, tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada Omicron BA.1.

"Kita harus tetap waspada dan meningkatkan vaksinasi. Kita semua harus terus menguji secara teratur dengan LFD [lateral flow devices, dikenal juga dengan sebutan rapid test] dan mengambil tes PCR [polymerase chain reaction] jika muncul gejala."

 






Sumber : BBC




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x