JAKARTA, KOMPAS.TV - Bagi Anda yang putra-putrinya senang mengonsumsi susu kental manis dengan cara diseduh, baiknya kebiasaan ini harus ditinggalkan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah melarang 'susu' kental manis (SKM) disajikan dengan cara diseduh dan diminum langsung.
Mengapa demikian? Karena SKM bukanlah asupan pengganti susu, melainkan hanya sebagai topping atau pelengkap sajian makanan.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM Rita Endang menyatakan, SKM tidak untuk diseduh atau diminum langsung sebagaimana susu pada umumnya.
Dia menyebut bahwa SKM juga tidak untuk menggantikan ASI dan tidak cocok untuk bayi di bawah satu tahun, serta bukan merupakan sumber gizi.
Baca Juga: Mitos dan Fakta Makanan yang Bikin Anak Obesitas
Aturan BPOM tentang SKM
BPOM sebelumnya telah menerbitkan peraturan Badan POM Nomor 31 tahun 2018 tentang label pangan olahan. Di dalamnya ditegaskan bahwa penggunaan SKM yang benar adalah sebagai topping.
"Misalnya, untuk martabak, campuran kopi, coklat, dan lain-lain," kata Rita.
Selain itu, produsen, importir, distributor SKM juga dilarang menggunakan visualisasi gambar susu cair atau susu dalam gelas serta disajikan dengan cara diseduh untuk dikonsumsi sebagai minuman.
Baca Juga: Cegah Obesitas, Jaga Tubuh Tetap Langsing dan Sehat di Tengah Pandemi
Kandungan SKM Tinggi Gula
Rita menjelaskan, kental manis dibuat melalui proses evaporasi atau penguapan dan diberikan penambahan gula. Kental manis terdiri dari 20-30% air, 8% lemak, 6,5% protein dan yang perlu menjadi perhatian yaitu kandungan gula pada kental manis sebesar 43-48%.
Hal ini menyebabkan kental manis memiliki kadar protein yang rendah dan kadar gula yang tinggi. Padahal, anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memerlukan cukup protein dan zat gizi lainnya.
Ahli Gizi dari Universitas Esa unggul Anugrah Novianti S.Gz, M.Gizi menyatakan, masyarakat harus lebih berhati-hati ketika mengonsumsi minuman atau makanan dengan kadar gula sangat tinggi seperti SKM.
Terutama untuk balita dan anak-anak, SKM berisiko merusak gigi, menyebabkan obesitas, dan penyakit degeneratif yang akan terbawa sampai dewasa.
Baca Juga: Studi CDC AS: Obesitas Tingkatkan Resiko Rawat Inap dan Kematian Pada Kasus Covid-19
“Masyarakat terutama ibu ibu, harus berhati-hati jika memberikan SKM untuk anak anaknya karena SKM bukan sumber protein yang baik, justru kandungan gulanya yang lebih tinggi. Dampaknya kepada pertumbuhan anak bisa menyebabkan kerusakan gigi, obesitas, dan penyakit degeneratif,” jelas Anugrah Novianti.
Penelitian yang diterbitkan International journal of environmental research and public health menunjukkan preferensi rasa manis dapat memengaruhi kebiasaan makan yang tidak tepat pada anak-anak dan orang dewasa.
Hal ini dapat mengakibatkan meningkatknya risiko obesitas.
Anak-anak dengan kelebihan berat badan dan obesitas memiliki risiko tinggi mengalami masalah kesehatan pada masa dewasa seperti diabetes dan tekanan darah tinggi. (Yasir Nene Ama)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.