JAKARTA, KOMPAS.TV - Istri aktivis HAM cum penyair Wiji Thukul, Dyah Sujirah alias Sipon, meninggal dunia dalam perawatan di Rumah Sakit Hermina Solo pada Kamis (5/1/2023).
Adik Wiji Thukul, Wahyu Susilo, mengatakan Sipon meninggal dunia karena serangan jantung.
“Iya (Mbak Sipon meninggal dunia). Saya ini masih di Jakarta. Jadi siang tadi saya dapat kabar tiba-tiba serangan jantung,” kata Wahyu saat dihubungi, Kamis, seperti dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Sipon Istri Wiji Thukul Meninggal Dunia karena Serangan Jantung, Sempat Amputasi Kaki
Wiji Thukul adalah seorang aktivis HAM dan penyair yang dinyatakan hilang. Dia dikenal sebagai salah satu tokoh yang ikut melawan rezim Orde Baru.
Thukul lahir pada 26 Agustus 1963. Dia lahir dari keluarga yang sederhana. Ayahnya seorang penarik becak, ibunya menjual ayam bumbu.
Ayah dari Fajar Merah dan Fitri Nganthi Wani ini dikenal dengan puisinya yang mengajak masyarakat yang termarjinalisasi di Solo, untuk memperjuangkan hak mereka.
Melansir pemberitaan Kompas.com yang terbit pada 26 Agustus 2020, pemilik nama asli Wiji Thukul WIjaya ini dipastikan hilang setelah kabarnya tidak terdengar oleh pihak keluarga dan rekan sesama aktivis 1998 hingga 2000.
Sang istri, Sipon sempat melaporkan hilangnya Wiji Thukul ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada tahun 2000.
Sipon dan Wahyu mengaku terakhir berkomunikasi dengan Thukul pada 19 Februari 1998 melalui sambungan telepon.
Baca Juga: Film Pelarian Wiji Thukul Istirahatlah Kata-Kata akan Tayang Malam Ini di TVRI
Wiji Thukul diduga menjadi salah satu korban penculikan aktivis. Koordinator Kontras Munarman saat itu mengatakan, keberadaan Thukul masih bisa diketahui pada Maret hingga April 1998.
"Hilangnya Wiji Thukul sekitar Maret 1998 kami duga berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan dengan Orde Baru," jelas Munarman, kala itu.
Setidaknya ada 23 orang termasuk Wiji Thukul yang dinyatakan hilang dalam operasi tersebut. Hingga tahun 2000, 14 di antaranya belum ditemukan.
Baca Juga: Lewat Album 'Dia Ingin Jadi Peluru', Fajar Merah Mengenang Wiji Thukul
Wiji Thukul dikenal dengan puisi-puisinya yang ‘melawan’. Beberapa sajak Wiji Thukul yang populer, di antaranya Peringatan, Sajak Suara, serta Bunga dan Tembok.
Buku kumpulan puisinya yang diterbitkan misalnya Puisi Pelo, Darman dan Lain-lain, Mencari Tanah Lapang (terbitan Manus Amici, Leiden Belanda 1994), serta Tumis Kangkung Comberan yang diterbitkan oleh Yayasan Garba Budaya Jakarta, Juli 1996.
Thukul pernah mendapatkan hadiah sastra Wertheim Encourage Awards pada 1991. Dia menjadi seniman pertama bersama penyair Rendra, yang mendapatkan penghargaan tersebut sejak yayasan itu didirikan.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.