DPR Sindir Vendor Tower BTS 4G Kominfo, Ibarat Yamaha Disuruh Bikin Mobil, Jadinya Odong-odong
Internet | 7 September 2022, 14:29 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Satu dari tiga bendera konsorsium pengerjaan tower base transceiver station atau BTS 4G di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) mendapat sindiran dari seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Anggota dari Perwakilan Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan mempertanyakan pengalaman vendor tersebut dalam proyek tower BTS.
"Jika ada pengalaman, di mana dan siapa user-nya? Karena setahu saya, Fiberhome belum berpengalaman membangun menara BTS 4G," kata Krisantus dalam Rapat Kerja Komisi I DPR bersama Kominfo, Komisi Penyiaran Indonesia, dan Dewan Pers, Rabu (7/9/2022).
Krisantus mengatakan tiga kontraktor besar yang menangani proyek tower BTS 4G, yakni Fiberhome, Huawei dan JTE, dan "dalam pelaksanaannya, kita harus awasi secara saksama."
"Di paket tiga, saya lihat yang dilaksanakan Huawei relatif lancar. Kemudian di paket 4 dan 5 yang dilaksanakan oleh JTE relatif lancar," terang Krisantus.
Baca Juga: Soal Data SIM Card Bocor, Pakar Keamanan Siber Desak Kominfo Tanggung Jawab
Ia menyayangkan kinerja Fiberhome yang terkesan tak profesional.
"Paket 1 dan 2 (Fiberhome-red) di Sumatera, Kalimantan dan NTT. Ini mangkrak kalau di Kalimantan Barat," terang wakil fraksi PDIP itu.
"Banyak besi-besi ditinggalkan, sudah menggali pondasi ditinggalkan, kemudian ada peralatan-peralatan yang ditimbun di kantor bupati, kantor camat, ini tidak kita inginkan," imbuhnya.
Politisi dari Kalimantan Barat tersebut lantas menanyakan pengalaman perusahaan Fiberhome dalam menggarap tower BTS 4G.
"Jika ada pengalaman, di mana dan siapa user-nya? Karena setahu saya, Fiberhome belum berpengalaman membangun menara BTS 4G," ungkapnya.
"Karena pengalaman Fiberhome ini lebih kepada fiber optik, yang saya tahu. Sehingga ini sama dengan pabrik motor Yamaha, kita suruh bikin mobil, yang jadi adalah odong-odong," tegas Krisantus.
Baca Juga: Persaingan Iklan Kian Ketat, Meta Grup dkk Mulai Ketar-Ketir
Untuk diketahui, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan adanya 12.548 dari 83.218 desa/kelurahan belum terakses jaringan 4G. Pemerintah kemudian membangun tower BTS 4G di 7.904 desa/kelurahan. Pengerjaannya dibagi dalam lima paket wilayah yang ditargetkan selesai dalam dua tahun.
Masing-masing paket wilayah digarap oleh konsorsium besar yang kontrak payungnya diteken pada awal tahun lalu.
Paket 1 dan paket 2 meliputi 2,700 desa dan kelurahan di wilayah Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan Maluku digarap Kemitraan Fiberhome–Telkom Infra–Multitrans Data yang total nilai kontraknya sebesar Rp9,5 triliun.
Paket 3, 4 dan 5 digarap oleh dua konsorsium. Total nilai kontrak tiga paket ini Rp18.8 triliun. Paket 3 yang mencakup 1.795 desa dan kelurahan di Papua Barat dan Papua Bagian Tengah Barat digarap konsorsium PT Aplikanusa Lintasarta, Huawei, dan PT SEI.
Adapun Paket 4 dan 5 meliputi 1.811 BTS di wilayah Jayapura, Merauke, dan Timika. Proyek bernilai Rp11,94 triliun ini digarap konsorsium IBS dan ZTE.
Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV