Arti Mimpi Naik Haji dan Ibadah di Tanah Suci, Simak Penjelasan Ulama
Beranda islami | Diperbarui 14 September 2022, 00:23 WIB"Jika ia seorang musafir, ia akan ada musibah di perjalanannya, dan jika dia dalam keadaan sehat, ia akan mendapatkan penyakit atau sakit," tandasnya.
Baca Juga: Taliti, Tradisi Pulang Haji yang Meriah untuk Ungkapan Syukur
Mimpi Melaksanakan Bagian Ritual Haji
Beberapa penjelasan lain masih menurut Syekh Ibnu Sirrin:
- Jika seseorang bermimpi melaksanakan haji atau umrah, maka ia akan panjang umur dan istiqamah dalam urusan yang sedang digeluti.
- Jika seseorang bermimpi sedang melaksanakan tawaf mengelilingi Ka'bah, artinya ia akan mendapatkan sebuah tugas mulia dari atasan atau tokoh masyarakat.
“Jika seseorang bermimpi tawaf mengelilingi Makkah, ia akan mendapatkan sebuah kehormatan. Jika bermimpi tawaf dengan menunggang kuda maka ia akan bertemu dengan mahramnya," tandasnya.
- Jika seseorang bermimpi sedang membacakan kalimat talbiyah di Tanah Haram, ia akan unggul atau menang dari ancaman musuhnya, sekaligus akan aman dari ketakutan.
Baca Juga: Doa agar Mampu Naik Haji atau Umrah, Baiknya Dibaca Jumat atau Sepertiga Malam
- Jika seseorang bermimpi membaca kalimat talbiyah di luar Tanah Haram, maka ia akan mendapatkan ketakutan, ancaman, atau bahkan kekalahan.
Selanjutnya, jika seseorang bermimpi seakan telah mampu melaksanakan ibadah haji tapi malah mengabaikannya, hal itu menunjukkan ada pengkhianatan amanah dan tidak bersyukur atas karunia serta nikmat dari Allah.
Sedangkan jika bermimpi seolah-olah berada di hari Arafah, dia akan bersilaturahim dengan kerabatnya dan berdamai dengan musuh.
Jika orang yang bermimpi tersebut memiliki kerabat yang jauh dan lama pergi, dia akan segera kembali sebab Allah mempersatukan Nabi Adam dan Siti Hawa di Arafah.
“Itulah sejumlah arti mimpi seputar ibadah haji dan umrah menurut Syekh Ibnu Sirrin,” tutupnya.
Terlepas bagaimana tafsirannya, Syekh Ibnu Sirrina tetap mengingatkan, arti mimpi tersebut bisa benar terjadi di alam nyata atau justru malah sebaliknya.
Sebab pada hakikatnya Allah punya sifat Jaiz, yaitu Allah berhak mengubah skenario dan nasib seseorang kapan pun sesuai dengan kehendak-Nya.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : NU Online