> >

Fakta-Fakta 2 Bidan di Yogyakarta Jual Puluhan Bayi: Beraksi Sejak 2010-Tak Kantongi Izin Praktik

Jawa tengah dan diy | 14 Desember 2024, 06:35 WIB
Dua tersangka pelaku jual beli bayi di Kota Yogyakarta saat dihadirkan dalam konferensi pers di Mapolda DIY, Sleman, D.I Yogyakarta, Kamis (12/12/2024). (Sumber: ANTARA/Luqman Hakim)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Dua bidan berinisial DM dan JE di Yogyakarta ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka kasus penjualan bayi secara ilegal.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda DIY Kombes Pol FX Endriadi menyebut kedua tersangka  beraksi selama belasan tahun.

"Para tersangka ini telah melakukan penjualan ataupun berkegiatan sejak 2010," kata Kombes Endriadi dalam keterangannya,  Kamis (12/12/2024).

Menurut penjelasannya, mereka diduga telah menjual sebanyak 66 bayi.

Selengkapnya berikut sederet fakta terkait dua bidan di Yogyakarta yang menjual 66 bayi:

1. Kronologi Terungkapnya Kasus

Kombes Endriadi mengungkapkan, kasus tersebut terungkap bermula dari informasi yang diterima pihaknya terkait jual beli bayi di Yogyakarta.

Polisi kemudian melakukan penyelidikan, dan menemukan indikasi adanya kesepakatan pembelian bayi perempuan pada 2 Desember 2024.

Di mana berdasarkan penelusuran dari nomor rekening tersangka, kesepakatan pembelian bayi tersebut senilai Rp55 juta dengan DP senilai Rp3 juta.

Baca Juga: Kronologi Terungkapnya Kasus Penjualan 66 Bayi oleh 2 Bidan di Yogyakarta

"Selanjutnya, pada hari Rabu (11/12), tim kami melakukan penangkapan pelaku penjual anak tersebut di Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta," jelasnya, dikutip dari Tribunnews.

Saat penangkapan dilakukan, pihak kepolisian menemukan bayi perempuan berusia 1,5 bulan dalam kondisi sehat.

2. Jual 66 Bayi

Kombes Endriadi menyebut, dalam aksinya, DM dan JE diduga telah menjual sebanyak 66 bayi.

Puluhan bayi tersebut, kata ia, terdiri dari bayi laki-laki 28, dan bayi perempuan 36.

"Serta dua bayi tanpa keterangan jenis kelaminya," ujarnya.

3. Patok Harga Rp55-85 Juta

Puluhan bayi tersebut dijual kedua tersangka dengan harga Rp55 juta hingga Rp65 juta untuk bayi perempuan.

Sementara bayi laki-laki dijual dengan harga sekitar Rp65 juta sampai Rp85 juta, dengan modus sebagai biaya persalinan.

Kombes Endriadi menuturkan, dalam tiga bulan terakhir, para tersangka juga telah melakukan beberapa kali melakukan penjaualan bayi secara ilegal.

"Diantaranya pada September menjual anak laki-laku di daerah Bandung. Di Desember ini menjual anak perempuan di daerah Yogyakarta," jelasnya.

Baca Juga: Polisi Ungkap Jual Beli Bayi di Yogyakarta, 2 Bidan Beraksi Sejak 2010

4. Modus Adopsi Ilegal

Modus yang dipakai kedua tersangka yakni menerima penyerahan atau perawatan bayi lewat rumah bersalin tempat mereka praktik. Mereka menyasar orangtua yang tidak menghendaki memiliki anak.

Dalam aksinya, JE dan DM mencari orang yang ingin mengadopsi bayi secara ilegal.

Saat ada yang berminat, mereka kemudian melakukan transaksi penjualan.

Dari dokumen serah terima atas bayi-bayi dari rumah bersalin tersebut diketahui pihak yang mengadopsi dari berbagai daerah.

Selain Kota Yogyakarta dan sekitarnya, terdapat pihak pengadopsi yang dari Surabaya, Nusa Tenggara Timur (NTT), Bali, hingga Papua.

5. Tak Memiliki Izin Praktik

Dua tersangka dalam kasus tersebut diketahui tidak miliki Surat Izin Praktik (SIP) sebagai bidan.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Emma Rahmi Aryani, Jumat (13/12).

"Bidan inisial DM dan JE saat ini tidak memiliki Surat Izin Praktik (SIP) sebagai bidan. Sehingga tidak memiliki kewenangan untuk praktik kebidanan," ujar Emma dilansir dari Kompas.com.

Atas perbuatannya, JE dan DM dijerat dengan Pasal 83 Unduang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2016 tentang perlindungan anak serta pasal 76F UU Nomor 35 tahun 2014.

Dengan ancaman hukumannya yakni pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda maksimal Rp300 juta.

 

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Gading-Persada

Sumber : Tribunnews, Kompas.com


TERBARU