China Lirik Potensi Ekspor Rumput Laut di Sulsel, ARLI dan SCSFRI Gelar Pelatihan di Makassar
Sulawesi | 2 Desember 2024, 16:08 WIBMAKASSAR, KOMPAS.TV - Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) bersama South China Sea Fisheries Research Institute (SCSFRI), Chinese Academy of Fishery Sciences (CAFS) memfasilitasi Pelatihan Mariculture atau Pengembangan Perikanan Budidaya dan Rumput Laut terhadap pihak terkait melalui pemanfaatan sistem teknologi modern.
"Kegiatan hari ini merupakan tindak lanjut arahan Presiden Prabowo atas kunjungannya ke China bersama para menteri-menteri termasuk Menteri Kelautan dan Perikanan serta Menteri Investasi atas misi pemerintah mempromosikan potensi kelautan kita," ujar Ketua Umum ARLI H Safari Azis di Hotel Swiss Bel Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (1/12).
Lebih lanjut Safari menjelaskan, ARLI sudah bekerja sama dengan asosiasi industri rumput laut di China, dan selama 10 tahun terakhir telah terjalin hubungan baik, bukan hanya perdagangan tapi juga penelitian dan pengembangan. Melalui pelatihan ini, ARLI melibatkan semua pihak terkait rantai pasok. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pun sejak awal mempromosikan program wilayah komoditas perikanan dan sampai sekarang menjadi produksi terbesar bahkan pusat akumulasi barang produk terutama rumput laut dari Sulsel, tegasnya.
Selain itu, kehadiran Pelabuhan Baru Makassar (MNP), telah mendukung untuk ekspor langsung, apalagi sudah ada pengolahan rumput laut di Sulsel baik itu dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) dari China.
"Jadi, kegiatan ini respons cepat dari pertemuan bapak Presiden pada 10 November lalu dengan pengusaha di sana termasuk asosiasi rumput laut China dengan kemitraan ARLI sehingga timnya awalnya langsung dikirim ke sini, melatih," katanya.
Meskipun kerja sama sudah berjalan lama, inisiasi atau gerakan dari pelatihan ini adalah upaya yang sudah ada dan tidak boleh puas, tapi bagaimana mengikuti perkembangan jaman melalui teknologi modern yakni IoT atau Internet of Things guna meningkatkan produksi perikanan dan kelautan, bukan hanya rumput laut, tapi budi daya udang dan ikan nila.
"Pelatihan ini juga dalam rangka mendukung program Presiden Prabowo untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen. Mengapa kita kembangkan rumput laut itu salah satu upaya pengentasan kemiskinan, kesejahteraan masyarakat, penciptaan lapangan kerja dan pergerakan ekonomi daerah serta tambahan perolehan devisa," tutur Safari.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemprov Sulsel M Ilyas pada kesempatan itu menyampaikan, pelatihan yang digelar ARLI bersama asosiasi dari China ini merupakan langkah maju. ARLI sudah memikirkan bagaimana membangun sektor perikanan di Sulsel berbasis saintifik, ilmu dan akademik. Bahkan ARLI, kata dia, sudah bekerja sama dengan berbagai universitas, pusat riset di bidang perikanan bukan hanya pada bidang rumput laut tapi penerapan teknologi budi daya udang maupun ikan nila.
"Saya sangat sejalan dengan programnya untuk ketahanan pangan. Saya pikir, kita di Sulsel harapannya kegiatan ini bisa membangun tindak lanjut ke depan menjadi bagian dari pusat perikanan modern. Ini menjadi kebutuhan Sulsel, karena sektor perikanan kita termasuk di Sulsel sudah dikenal, ekspor udang, rumput laut dan Insya Allah terbesar di Indonesia. Jadi, kita tidak bisa lagi mengandalkan metode tradisional, kita harus mengikuti perikanan moderen," ujar Ilyas optimistis.
Ilyas bilang, penggunaan sistem IT dalam hal ini Internet of Things (IoT) diyakini dapat mengontrol sistem budidaya perikanan dan kelautan. Dipaparkan pula tadi, bagaimana produksi rumput laut bukan hanya bicara hulu tapi sampai ke hilirnya.
Penulis : KompasTV-Makassar
Sumber : Kompas TV