> >

Fakta-Fakta Polisi Tembak Anak SMK di Semarang: Diklaim Tawuran, Korban Paskibraka Berprestasi

Jawa tengah dan diy | 26 November 2024, 11:49 WIB
Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar saat diwawancarai di markasnya, Senin (25/11/2024) malam. (Sumber: Titis Anis Fauziyah/Kompas.com)

SEMARANG, KOMPAS.TV - Seorang siswa SMK di Semarang, Jawa Tengah tewas ditembak polisi pada Minggu (24/11/2024) dini hari. Kematian siswa berinisial GR (17) itu masih menimbulkan pertanyaan, terutama bagi keluarga korban.

GR dikenal sebagai siswa berprestasi yang mengikuti kegiatan paskibraka. Remaja 17 tahun itu pun dikenal sebagai anak piatu yang selama ini dibesarkan ayah dan neneknya.

Pihak kepolisian mengeklaim GR ditembak mati karena terlibat tawuran dan melawan saat diringkus polisi. Namun, pihak sekolah menegaskan GR dikenal sebagai "anak baik" yang berkemungkinan kecil sampai terlibat tawuran.

Berikut fakta-fakta insiden penembakan terhadap siswa SMK di Semarang oleh polisi yang diketahui sejauh ini.

Korban Sempat Dibawa ke IGD

Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar menyebut peristiwa penembakan ini terjadi di sekitar Perumahan Paramount, Semarang Barat pada Minggu (24/11) sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Irwan menyebut anggotanya menembak korban karena terlibat tawuran.

Kombes Irwan menyebut GR tertembak di bagian pinggul. Korban sempat dibawa ke RSUP dr. Kariadi Semarang dan menjalani perawatan intensif di instalasi gawat darurat (IGD), tetapi nyawanya tidak tertolong.

Baca Juga: Kata Keluarga Siswa SMK yang Ditembak Polisi di Semarang: Tiba-Tiba Diminta Jemput Jasad Korban

Irwan mengaku polisi belum bisa memastikan apakah GR meninggal karena luka tembak, karena masih menunggu visum.

Total Korban 3 Siswa

Pihak sekolah tempat korban belajar menyatakan terdapat dua siswa lain yang terluka. Kedua teman GR tersebut dilaporkan terluka dalam insiden yang sama.

Wakil kepala sekolah SMK tempat GR belajar, Agus Riswantini, menyebut dua teman korban yang mengalami luka berinisial S dan A.

Agus menyebut keduanya berbeda kelas dan jurusan dari GR, tetapi sama-sama mengikuti kegiatan paskibraka.

Korban S disebutnya masih dirawat di RSUD Tugurejo, Kota Semarang. Sedangkan A telah dibawa pulang ke rumah. Namun, korban luka belum bisa memberikan keterangan karena trauma.

"Informasi dari keluarga, keduanya masih belum boleh bertemu dengan siapa pun. Mungkin korban masih trauma, jadi belum siap secara mental," kata Agus, dikutip Kompas.com.

Anggota Paskibraka Berprestasi

Guru kesiswaan GR, Nanang Agus, meragukan klaim bahwa ketiga anggota paskibraka tersebut terlibat tawuran. Nanang menggarisbawahi perilaku tertib tiga siswanya itu sebagai anggota paskibraka.

"Kalau tawuran kok bertiga? Terus mereka dari organisasi baik. Apa mungkin tertembak salah sasaran? Katanya yang melakukan oknum polisi atau siapa pun itu belum tahu," katanya.

Senada dengan Nanang, Agus menegaskan GR dan dua temannya tidak tercatat memiliki masalah kenakalan remaja. Menurutnya, mereka "anak baik" yang beprestasi dalam ekstrakurikuler paskibraka.

Bahkan, GR dan temannya baru saja memenangi piala di Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa, Pelajar, dan Taruna Akademi Kepolisian (Porsimaptar) 2024 tingkat SMA/SMK se-Jawa Tengah pada Oktober lalu.

"Anak-anak baik yang terpilih karena mereka ikut ekstra paskibra, itu anak-anak pilihan. Tidak ada indikasi terlibat tawuran. Yang kita tahu (mereka) anak-anak baik. Tidak ada catatan kenakalan," kata Agus.

Kronologi Versi Polisi

Kombes Irwan Anwar menuturkan peristiwa penembakan bermula ketika anggotanya mendapati tawuran di sekitar Perumahan Paramount, Semarang Barat.

Irwan menyebut saat itu anggotanya dalam perjalanan pulang ke rumah, kemudian berusaha melerai.

Menurut kronologi versi polisi, saat kejadian terdapat tawuran antara dua kelompok gangster, yakni Geng Tanggul Pojok dan Geng Seroja. Polisi menyebut korban sebagai anggota Geng Seroja.

Irwan menyebut para remaja yang tawuran tidak kooperatif dan melawan petugas. Anggota polisi pun disebutnya terpaksa menembak.

"Saat kedua kelompok gangster ini melakukan tawuran, muncul anggota polisi. Kemudian dilakukan upaya untuk melerai. Namun, ternyata anggota polisi informasinya diserang, sehingga dilakukan tindakan tegas," kata Irwan.

Dia menyebut GR tertembak di bagian pinggul lalu dibawa ke rumah sakit bersama polisi dan anggota geng lawan. Polisi baru bisa mengabari keluarga korban pada Minggu (24/11) pagi karena identitas belum diketahui.

"Makanya sampai malam, sampai jam 10.00 pagi kan belum diketahui identitasnya, dari kelompok Seroja juga tidak mengenali," kata Irwan.

Respons Keluarga Korban

Kerabat GR, Umi, menyebut pihak keluarga baru mengetahui kematian korban setelah ditelepon polisi pada Minggu (24/11) pukul 12.30 WIB siang. Pihak keluarga terkejut tiba-tiba dikabari bahwa siswa SMK itu meninggal dunia.

Dia menyebut pihak keluarga saat itu sedang bersiap mengikuti pengajian. Namun, polisi menelepon dan meminta mereka menjemput jenazah korban di RSUP dr. Kariadi Semarang.

Umi mengonfirmasi bahwa GR meninggal dunia akibat luka tembak. Polisi disebutnya belum memberi informasi jelas mengenai kematian GR.

"Betul (karena luka tembak). Tahu-tahu meninggal, saya bingung sendiri. Dari Polrestabes beritanya kurang jelas itu. Tolong dibantu. Ini masih berduka," katanya.

"Dari keluarga belum tahu pastinya seperti apa. (Jasad) dibawa ke rumah oleh keluarga, kita jemput dari Rumah Sakit Kariadi."

Dari rumah sakit, keluarga membawa jenazah korban ke rumah neneknya di Semarang Barat. Jenazah GR kemudian dibawa ke Kabupaten Sragen, Jawa Tengah dan dimakamkan pada Senin (25/11) petang.

Baca Juga: Anak SMK Semarang yang Ditembak Mati Polisi Dikenal Berprestasi, Sekolah: Tak Ada Indikasi Tawuran

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV, Kompas.com


TERBARU