Sosiolog UGM soal Perayaan Hari Tanpa Tembakau: Manfaat dan Risikonya Harus dengan Bukti Ilmiah
Jawa tengah dan diy | 3 Juni 2024, 02:00 WIBAndreas melanjutkan, penelitian-penelitian terbaru menunjukkan tembakau memiliki banyak manfaat dan membantah banyak tudingan tentang dampak negatifnya, bahkan menunjukkan bahwa argumen-argumen tersebut sering kali didorong oleh propaganda pihak tertentu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (Framework Convention on Tobacco Control, FCTC) memang telah mengendalikan regulasi tembakau secara global, namun beberapa negara adidaya belum meratifikasi FCTC.
"Bagaimana mungkin negara-negara tersebut bisa dengan mudahnya menekan Indonesia, yang memiliki sejarah panjang dengan tembakau dan kretek sebagai bagian dari peradabannya?" kata Andreas.
Menurutnya, perayaan hari tanpa tembakau merupakan propaganda buruk terhadap tembakau.
“Tembakau dan kretek itu membentuk hidup, kehidupan, dan penghidupan jutaan rakyat Indonesia, termasuk petani dan buruh. Jika ada tudingan tembakau dan kretek itu menyengsarakan, maka perlu dipertentangkan narasi itu dengan bukti yang sudah ada,” ungkapnya.
Adapun Koordinator Komite Nasional Pelestarian Kretek, Moddie Alvianto mempertanyakan perayaan hari tanpa tembakau sedunia di Indonesia.
Sebab Indonesia adalah negara yang memiliki kepentingan besar pada kehadiran tembakau. Puluhan juta orang hidup dan bergantung dari tanaman ini dan masyarakat kita telah hidup berdampingan dengan tembakau selama ratusan tahun.
Menurutnya, kampanye antitembakau akan berdampak pada petani tembakau dan buruh produk tembakau.
Baca Juga: Kota Semarang Terima Penghargaan Terbaik Kelola Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau
“Jika para pemangku kebijakan itu mau turun ke ladang-ladang tembakau, mau menjenguk dan berinteraksi secara intensif dengan petani dan buruh-buruh pabrik rokok, mereka akan tahu jika industri hasil tembakau yang sering mereka regulasi dengan eksesif tersebut adalah berkah nyata bagi petani dan buruh," tutur dia.
Ia menyatakan, petani memiliki kedaulatan sendiri, termasuk dalam menentukan komoditas budidaya terutama yang mendukung peningkatan perekonomian.
"Petani itu orang yang organik. Mereka tidak perlu disuruh untuk tidak menanam tembakau. Asalkan ada tanaman lain yang punya serapan dan nilai jual tinggi, mereka pun akan dengan suka rela beralih,” ujar Moddie.
Penulis : Redaksi Kompas TV Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV