> >

Transjakarta Ungkap 3 Alasan Ganti Nama Halte, Salah Satunya Integrasi

Jabodetabek | 17 Januari 2024, 10:43 WIB
Direktur Pelayanan dan Bisnis TransJakarta Fadly Hasan mengungkapkan 3 alasan utama pihaknya mengganti nama halte. (Sumber: Gridoto.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Pelayanan dan Bisnis TransJakarta Fadly Hasan mengungkapkan tiga alasan utama pihaknya mengganti nama halte Transjakarta. Alasan pertama, untuk memperbaiki layanan. 

Fadly menerangkan, dalam perjalanannya, ada sejumlah halte Transjakarta yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya. Dengan penggantian nama halte, masyarakat akan lebih mudah mencari informasi halte Transjakarta yang terintegrasi. 

Contohnya, halte BNN yang sekarang sudah terintegrasi dengan Stasiun LRT Cawang. Itulah sebabnya PT TransJakarta mengubah nama halte tersebut menjadi Halte Cawang.

"Dengan Cikoko, itu juga sama disebutkan karena ada integrasi. Ada sekian halte yang berubah karena adanya aspek integrasi itu," kata Fadly dalam diskusi mengenai kinerja korporasi tahun 2023 di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Selasa (16/1/2023), dikutip dari Antara

"Supaya pelanggan kita mendapatkan informasi dan kurasi informasi. Karena sebetulnya dalam perjalanan kita ini banyak aspek yang terjadi perubahan nama halte terkait dengan integrasi," tambahnya. 

Baca Juga: TransJakarta Tambah 22 Bus Listrik untuk Rute Manggarai-UI dan TU Gas-Bundaran Senayan

Alasan kedua, akurasi nama halte agar sesuai dengan daerahnya.

"Contohnya flyover Jatinegara dengan Stasiun Jatinegara, itu sebenarnya satu halte, atas dan bawah. Itu sebabnya kita samakan namanya. Lalu Pulogadung 1 dan 2 digabung menjadi Pulogadung. Jadi sebetulnya ada aspek-aspek itu," tuturnya. 

Alasan ketiga, untuk menetralkan nama halte dari nama-nama tokoh ataupun area komersial dan lain-lain. 

"Sehingga ketika ke depan kita ingin melakukan pemanfaatan halte, maka tidak ada potensi terjadi tuntutan dari pihak ketiga," ujarnya. 

Fadly mengaku pihaknya masih terus melakukan sosialiasi perubahan nama halte tersebut. Baik secara online ataupun lewat diskusi ke komunitas dan lembaga.

Hal itu karena dari 1,1 juta pelanggan Transjakarta, belum semua tersosialisasikan.

Penulis : Dina Karina Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Antara


TERBARU