> >

Deteksi Frekuensi dari Luar Bumi, Penari Lengger Banyumasan Meramu Sinyal Angkasa

Budaya | 8 Maret 2023, 14:52 WIB
1. Berkolaborasi dengan ISSS (Indonesia Space Science Society), para penari Lengger mengenakan mahkota berupa antena dalam pertunjukan Meramu Lengger Signal Angkasa di Kota Lama Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (25/2/2023) malam. (Sumber: istimewa)

KOMPAS.TV, BANYUMAS – Penari lengger Banyumasan berkolaborasi dengan pegiat space art dari Yogyakarta Venzha Christ. Mereka menghadirkan pertunjukan yang tidak biasa dan belum pernah ada.

Bersama dengan Indonesia Space Science Society (ISSS) yang berpusat di Yogyakarta, penari lengger Banyumasan yang tergabung dalam komunitas Rumah Lengger Banyumas meramu sinyal dari luar angkasa.

Perhelatan bertajuk ‘Meramu Lengger Signal Angkasa’ ini merupakan bagian dari peringatan Dies Natalis Ke-21 Institut Teknologi Telkom (ITT) yang digelar akhir Februari 2023.

Adapun kru dari ISSS yang terlibat adalah Yudianto Asmoro, Haryono, Arvianeutron, Benny Wicaksono, dan Arsita Pinandita yang juga merupakan salah satu Dosen Desain Komunikasi Visual IT Telkom Purwokerto.

Baca Juga: VMARS, Analog Mars Pertama di Asia Tenggara Gencar Promosi ke Luar Negeri

Menurut Direktur ISSS Venzha Christ, DIY Radio Astronomy adalah sebuah alat berupa antena yang dibangun khusus untuk mendeteksi frekuensi yang berasal dari luar planet Bumi dan diamplifikasi menjadi data. Kemudian data tersebut diolah menjadi berbagai nada secara analog.

“Nada dan suara yang terdengar diolah menjadi sebuah komposisi musik eksperimental,” ujar Venzha, Rabu (8/3/2023).

2. DIY Radio Astronomy dari ISSS (Indonesia Space Science Society) yang digantung di panggung utama dan ditampilkan dalam ajang Peken Banyumas Meramu Lengger Signal Angkasa, berkolaborasi dengan para penari Lengger dari Rumah Lengger Banyumas. (Sumber: istimewa)

Dalam pagelaran ini, Venzha menciptakan mahkota khusus yang dikenakan oleh para penari Lengger. Mahkota tersebut berupa antena yang akan memantulkan gelombang ultrasonik dan mengirimkan sinyal menuju DIY Radio Astronomy yang digantung di panggung utama.

Secara teknis, para penari tersebut mengirimkan koordinat posisi mereka berdiri dan perubahan koreografi gerakan menjadi sinyal secara bersamaan.

“Kolaborasi ini adalah awal yang menarik untuk bisa mengembangkan pembelajaran mengenal eksplorasi luar angkasa,” ucapnya.

Terlebih, ia berpendapat Indonesia saat ini sangat membutuhkan peran aktif dari para komunitas dan institusi independen yang bergerak di bidang space science dan space exploration, mengingat sangat minimnya infrastruktur dan fasilitas dalam bidang ini yang bisa diakses oleh masyarakat secara luas.

Baca Juga: Bakal Jadi Simbol Indonesia dalam Eksplorasi Planet Mars, VMARS Dibangun di Yogyakarta Akhir 2022

Oleh karena itu, ia mendorong dan mengapresiasi peran universitas dan para akademisi untuk mengimplementasikan minat potensi generasi muda terhadap seni, sains, dan teknologi menjadi nyata dan bisa menghasilkan karya-karya yang bisa diduplikasi dengan cepat dan bermanfaat bagi masyarakat serta perkembangan teknologi.

Penulis : Switzy Sabandar Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU