> >

Perajin Keris Ki Empu Sungkowo, Melipat Besi Melukis Pamor dalam Temaram

Sosial | 13 September 2022, 06:10 WIB
Ki Empu Sungkowo (kiri), perajin keris di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menempa besi dan nikel untuk disatukan, Senin (12/9/2022). (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Susunan besi dan nikel atau batu meteor tersebut kemudian dijepit dan kembali dibakar atau ia menyebutnya dipijar, lalu ditempa agar menyatu.

“Besi yang bagus itu ulet dan tidak putus. Kalau besinya jelek ditempa putus, apalagi kalau dipijar, pasti rontok.”

Puluhan Kilogram Besi untuk Sebilah Keris

Pembuatan sebilah keris yang sekilas terlihat kecil ternyata membutuhkan belasan hingga puluhan kilogram besi serta empat ons nikel, tergantung pada tangguh atau gayanya.

Untuk tangguh Entho-entho, dibutuhkan 12 kilogram besi dan 150 gram nikel. Sementara, untuk tangguh Sendang Sedayu, dibutuhkan 27 kilogram besi dan empat ons nikel.

Setelah besi dan nikel disatukan, Ki Empu Sungkowo dan karyawannya akan kembali menempanya, agar bentuk lempengannya memanjang.

Lalu, lempengan panjang tersebut dilipat, kemudian kembali ditempa, demikian berulang hingga lipatannya mencapai jumlah yang dikehendaki.

Lipatan pamor keris terbanyak ada pada keris tangguh Sendang Sedayu, yakni mencapai 4.096 lipatan, sedangkan untuk tangguh Entho-entho hanya 256 lipatan.

“Paling sedikit ya paling-paling model madura, itu lipatannya antara 4 sampai 64 lapis. Kalau tangguh Entho-entho di sini 256 lapisan pamor,” tuturnya.

Pamor yang ada pada keris cukup beragam, tetapi menurutnya yang paling rumit adalah pamor rekan atau pamor buatan yang bentuknya miring.

Sebab, pamor untuk membuat pamor miring, Ki Empu Sungkowo harus mengambil dari sisi miring keris, berbeda dengan pamor mlumah seperti yang ada pada kebanyakan keris.

Setelah jumlah lipatan pamor mencukupi, campuran besi dan nikel atau batu meteor itu lalu dibentuk menjadi sebilah keris.

Tapi, itu belum selesai. Proses pembuatan masih dilanjutkan dengan proses pembuatan saton atau calon bilah dan calon gonjo.

Ki Empu Sungkowo memasukkan besi dan nikel bahan keris ke dalam tungku pembakaran di rumahnya, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Senin (12/9/2022). (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Gonjo adalah bagian keris yang terletak antara bilah dan pegangan yang disebut dengan deder.

“Saton itu nanti dibagi dua, tengahnya dikasih baja untuk kekuatan. Setelah itu jadi namanya kondoan.”

“Setelah itu baru dibuat bentuk keris, tinggal mau dibikin luk (berlekuk) atau lurus,” jelasnya.

Harga Mencapai Puluhan Juta

Total waktu yang dbutuhkan untuk membuat sebilah keris bisa mencapai satu bulan hingga 40 hari, tergantung kerumitan dan tenaga.

Melihat proses pembuatannya yang rumit dan membutuhkan ketelitian, tak heran jika harga keris buatan Ki Empu Sungkowo mencapai puluhan juta rupiah.

Harga keris tersebut tergantung pada tangguh serta pamor atau bisa dikatakan tergantung pada tingkat kerumitan dan kebutuhan bahan baku.

Menurutnya, pembuatan pamor keris paling mudah adalah pamor kulit semangka, sedangkan tangguh termudah adalah Entho-entho dan Madura.

“Kalau wilahnya (bilah) saja yang paling rendah ya sekitar Rp10 juta.”

“Paling rumit itu tangguh Sendang Sedayu, pamornya pamor miring, yang diambil sisi miringnya,” tutur empu yang sudah menekuni pembuatan keris sejak tahun 1995 ini.

Ia menegaskan, harga per bilah keris buatannya antaraRp10 juta hingga Rp20 juta.

Kualitas kerisnya yang tidak diragukan membuat banyak orang dari luar negeri yang memesan pada keturunan pembuat keris Kerajaan Majapahit ini.

Ia menyebut, pemesan kerisnya bahkan berasal dari luar negeri, seperti Eropa, Amerika, Australia, hingga Asia.

Ki Empu Sungkowo, perajin keris di Moyudan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menempa besi yang sudah sedikit berbentuk keris, Senin (12/9/2022). (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Bahkan keluarga Keraton Yogyakarta pun tak jarang memesan keris dari Empu Sungkowo, termasuk Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

“Kadang-kadang kalau Sultan sebagai gubernur kalau buatkan souvenir kadang-kadang lewat saya. Kadang juga kalau pangeran-pangeran adiknya Sultan sering buat di sini, sering ke sini juga.”

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU