Sah Jadi Ketua Umum PBNU 2021-2026, Ini Profil Gus Yahya Cholil Staquf
Muktamar nu | 24 Desember 2021, 11:08 WIBSelain itu, ia banyak sekali mengkader ulama-ulama dan aktivis di Nahdlatul Ulama. Kegemarannya untuk silaturrahim ini tak pelak membuat banyak orang teringat sosok Gus Dur yang juga gemar safari dan berjumpa banyak orang untuk bicara perdamaian.
Gus Yahya pun di publik internasional terkenal sebagai representasi Islam yang moderat.
Baca Juga: Said Aqil: Menang dan Kalah Dua Hal Wajar, Apa Pun Hasilnya Kita Harus Legowo
Kegemarannya itu pula yang membuatnya menuai kontroversi karena memenuhi undangan untuk pergi ke Israel yang dilayangkan American Jewish Committee (AJC) Global Forum pada 2018 lalu.
Bagi sebagian kalangan, langkah itu dianggap tidak selaras dengan komitmen terhadap kemerdekaan Palestina.
Meski demikian, Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini beranggapan bahwa langkah itu selaras dengan yang pernah dilakukan Gus Dur, untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina lewat diplomasi segala cara.
Gus Dur sendiri pernah diundang oleh Forum Global AJC pada 2002 di Washington DC, Amerika Serikat.
Kekagumannya kepada Gus Dur pun menjadi jargonya maju sebagai calon Ketua UMUM PBNU: Menghidupkan Gur Dur. Itu kemudian dibukukan, Menghidupkan Gus Dur: Catatan Gus Yahya Kenangan Yahya Staquf oleh penulis kenamaan, AS Laksana.
Gus Yahya kembali berada di lingkaran Istana Presiden dengan menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Presiden Jokowi resmi mengangkat Gus Yahya sebagai Wantimpres pada 31 Mei 2018.
Pandangannya soal Politik dan NU
Sebenarnya, Gus Yahya bisa dibilang bukan politikus kemarin sore. Pada 31 Mei 2018, Presiden Joko Widodo melantik Yahya sebagai salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Jauh sebelumnya, Gus Yahya pernah menjadi juru bicara Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, presiden keempat RI.
Gus Yahya kerap menggaungkan soal khittah NU.
Saat ditanya jurnalis KOMPS.TV, Dedik Priyatno, soal bagaimana ia bisa tetap menjalankan konsep tersebut di tengah tarik-menarik politik yang kerap menyeret NU, Gus Yahya coba kembali ke tahun 1979 di Forum Muktamar ke-26 (Muktamar berlangsung di Semarang-red). Kata dia, di Muktamar itu adalah keputusan kembali ke khittah NU.
"Diartikan sebagai, prosesi withdrawl atau penarikan diri NU dari politik praktis. Perlu digaris bawahi, politik praktis. Bukan politik, titik," kata Gus Yahya.
Politik yang dimaksud Gus Yahya adalah politik praktis.
"Ya, kompetisi politik di pemilu, pemilihan pejabat dan seterusnya. Ini memang tema yang dibikin khas orde baru. Artinya apa? NU menarik diri dalam politik praktis, karena NU tidak lagi bisa beroperasi sebagai partai, sudah difungsikan di PPP," ujarnya.
Baginya, NU harus kembali jadi organisasi sosial keagamaan. Kembali ke khittah 1979. Khittah yang disebut-sebut Gus Yahya, bermakna jalan atau garis perjuangan NU.
Lebih lanjut, Gus Yahyah menjelaskan khittah NU yang dimaksud.
Pada Muktamar 1984 di Situbondo, kata dia, dirumuskanlah namanya Khittah Nahdliyah. Lalu diuraikan nilai prinsip dasar perjuangan atau disebut khittah NU.
Saat ditanya bagaiman dengan kondisi sekarang, dengan tarikan politik yang kian kencang dan selalu begitu tiap tahun, Gus Yahya lagi-lagi kembali ke Muktamar tahun 1989. Di muktamar itu dibuat keputusan tentang panduan berpolitik NU.
"Kalau PBNU tidak boleh ikut-ikutan. Kalau warga NU boleh dan bebas berpolitik asal bertanggung jawab," ujarnya.
"Itu prinsip yang sudah diputuskan sejak lama di NU," kata Gus Yahya.
Penulis : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV