Kisah Anak Korban Tsunami Aceh Lolos Jalur Prestasi UGM, Orang Tua Galau Biayai Ongkos Perjalanan
Kampus | 12 Juli 2023, 21:51 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Tekad kuat Arifin Ilham untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi membawanya menjadi salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM).
Laki-laki berusia 18 tahun ini merupakan anak pertama dari pasangan Mukhlis (46) dan Afrianti (40) yang menjadi korban tsunami Aceh pada 2004 silam.
Arifin lahir tiga bulan setelah gelombang tsunami meluluhlantahkan Banda Aceh, termasuk kampung halamannya. Dalam kondisi mengungsi, ibunya melahirkan Arifin secara prematur pada usia kandungan tujuh bulan.
Arifin pun tumbuh dalam lingkungan keluarga sederhana, bahkan sejak lahir hingga usia dua tahun ia terpaksa tinggal di tenda barak pengungsian. Sebab, rumah orang tuanya rata dengan tanah dan tak bersisa.
“Saat terjadi tsunami Desember 2004 lalu, ibu masih kondisi hamil saya usia kandungan lima bulan. Alhamdulillah, bapak ibu berhasil selamat dari tsunami, lari ke bukit kala itu,” ungkap Arifin dilansir dari situs resmi UGM, Minggu (10//7/2023).
Dua tahun usai bencana alam tersebut, Arifin dan keluarganya kembali ke kampung halaman di Desa Lamgeu eu, Peukan Bada, Aceh Besar. Mereka menempati rumah bantuan tsunami dari pemerintah.
Sejak saat itu ayah Afirin memulai kembali usaha toko kelontong warisan keluarga mereka di Desa Keudebing yang berjarak sekitar 4 Kilometer dari rumahnya.
Baca Juga: Inspiratif, Kisah Anak Petani Gunungkidul Kuliah Gratis di UGM Lewat Jalur SNMPTN
Sebagai tulang punggung keluarga, pendapatan sang ayah setiap bulan dari usaha toko kelontong itu berkisar antara Rp1 juta hingga Rp1,5 juta.
Hasil usahanya itu digunakan untuk membiayai keluarga, termasuk Arifin dan dua adiknya.
Meski hidup dalam kondisi sederhana, Arifin tak pernah berputus asa menggapai impian untuk berkuliah. Oleh karena itu, sejak bangku sekolah dasar (SD), ia selalu berusaha untuk berprestasi dengan tekun berlajar.
Berkat usaha dan doa, Arifin selalu masuk peringkat tiga besar sejak SD hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat mengenyam pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banda Aceh, ia selalu meraih ranking 1 dan mendapatkan beasiswa pendidikan.
Beberapa prestasi di tingkat nasional berhasil dirain Arifin, di antaranya Bahasa Inggris Jenius Competition 2022, juara 1 lomba esai FPCI UGM 2022, dan juara 1 Olimpiade Bahasa Inggris yang digelar PT Bima Competition.
Keinginan berkuliah semakin menguat karena dorongan dari guru di MAN 1 Banda Aceh. Arifin pun menjatuhkan pilihan ke Departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM.
“Sejak SMP memang pengin kuliah di UGM. Kata orang-orang, kalau ada potensi lebih baik kuliah di luar Aceh, jadi saya semakin mantap pilih UGM karena 12 tahun kan sudah habiskan belajar di Aceh,” ujarnya.
Baca Juga: Pengumuman UTBK SNBT 2023 Hari Ini, Cek Dulu Biaya UKT UI, UGM, UNY, Undip dan UNNES
Gayung bersambut, Arifin lolos Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNBP) 2023 di UGM. Ia juga menjadi penerima UKT Pendidikan Unggul bersubsidi 100% (UKT 0) dari UGM sehingga dibebaskan dari biaya kuliah hingga 8 semester.
“Saat tahun diterima masuk UGM, waktu itu saya bahagia sekaligus sedih karena masih mikir apa nanti bisa kuliah sampai selesai karena terkendala biaya,” kata Arifin.
Orang tuanya pun memberikan restu kepada Arifin untuk berkuliah di UGM asal mencari beasiswa, karena mereka tidak mampu membiayai secara mandiri.
Kegembiraan sang anak turut dirasakan Mukhlis dan Afrianti yang tahu betul kegigihan anak mereka untuk melanjutkan pendidikan di Kota Pelajar.
“Anaknya sejak dulu memang pengin kuliah di Jogja. Kami senang anak bisa diterima masuk UGM gratis,” ungkap Afrianti .
Meski lega mengetahui anaknya diterima di kampus yang diinginkan, Afrianti mengaku, saat itu ia dan suami terkejut ketika mengetahui Arifin hanya dibebaskan dari biaya kuliah saja.
Sementara itu, biaya hidup Arifin selama kuliah masih harus mengupayakan sendiri. Afrianti pun sempat meminta sang anak untuk mengurungkan niatnya kuliah di UGM.
Baca Juga: Jurusan UTBK SNBT 2023 Terfavorit di UGM dari Klaster Saintek dan Soshum
“Ternyata beasiswanya tidak full, asrama dan biaya hidup tidak ditanggung. Saat itu saya bilang ke anaknya untuk tidak usah diambil karena memang tidak mampu biayanya, bantu-bantu di rumah jualan saja,” ungkapnya.
Afrianti dan suaminya pun lantas ke sekolah untuk menyampaikan hal tersebut. Namun, pihak sekolah menyarankan Arifin tetap lanjut kuliah.
Pasalnya, Arifin menjadi salah satu dari 2 lulusan MAN 1 Banda Aceh yang berhasil menjadi angkatan pertama tembus masuk UGM.
Arifin pun kini menjadi kandidat penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah.
“Soal biaya hidup kata sekolah nanti bisa cari beasiswa KIP. Semoga dapat, kalau tidak ya anaknya cari beasiswa lainnya untuk hidup di Jogja,” kata Mukhlis.
Tak lama lagi sang putra akan segera berangkat menuntut ilmu ke UGM. Meski begitu, Mukhlis masih galau tentang biaya transportasi yang begitu besar dari Aceh menuju Yogyakarta.
“Tiket belum ada, semoga bisa segera terkumpul sedikit demi sedikit untuk berangkatkan anak ke Jogja,” katanya.
Mukhlis berharap nantinya anaknya bisa menjalani kuliah dengan lancar, lulus tepat waktu, dan segera mendapatkan pekerjaan.
“Kami hanya bisa mendoakan anaknya bisa lancar kuliah dan jadi orang sukses, bisa membantu keluarga nantinya,” pungkasnya.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : ugm.ac.id