> >

Kisah Timnas Palestina Berjuang Demi Lolos ke Piala Dunia 2026 di Tengah Serangan Israel di Gaza

Sepak bola | 11 Juni 2024, 08:00 WIB
Bintang Timnas Palestina, Mohammed Rashid menggunakan jersey Timnas Indonesia saat mengangkat trofi. Dengan Piala Dunia 2026 diperluas menjadi 48 tim, dan alokasi kualifikasi otomatis Asia menjadi delapan negara, Palestina punya peluang besar mencetak sejarah. (Sumber: Instagram)

PERTH, KOMPAS.TV - Mohammed Rashid pernah bekerja sebagai pengemudi forklift di sebuah gudang di Chicago, Amerika Serikat (AS). Sekarang, Rashid dan rekan-rekannya di tim sepak bola Palestina membawa beban lebih berat, menyadari bahwa keberhasilan di lapangan menawarkan sedikit pelipur lara dari perang yang berkecamuk di Gaza.

Timnas Palestina dan Australia bertemu di HBF Park hari ini Selasa (11/6/2024), untuk menyelesaikan putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Kedua tim sudah lolos ke tahap berikutnya pada September mendatang.

Di tengah latar belakang mengerikan dari perang Israel-Hamas yang sudah berlangsung delapan bulan, Palestina saat ini berhasil mencapai putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 untuk pertama kalinya.

“Apa yang tidak membunuhmu membuatmu lebih kuat,” kata Rashid di Perth, Senin (10/6), sehari sebelum Palestina bermain melawan Australia.

“Kami di sini untuk satu tujuan dan satu misi. Siapa pun yang ada di tim harus tampil. Tidak ada cara lain," tambah mantan pemain Persib Bandung itu.

Palestina, peringkat 93 dunia, belum pernah mendekati kualifikasi Piala Dunia melalui jalur Konfederasi Sepak Bola Asia. Dengan Piala Dunia 2026 diperluas menjadi 48 tim, dan alokasi kualifikasi otomatis Asia menjadi delapan negara, Palestina punya peluang besar mencetak sejarah.

“Tentu saja, Piala Dunia adalah mimpi besar,” kata Rashid.

“Segala sesuatu mungkin terjadi. Masih banyak kerja keras yang harus dilakukan sebelum kita sampai di sana.”

Pejabat tim Palestina menghindari pertanyaan bermuatan politik saat konferensi pers. Namun, para pemain bersedia berbicara tentang kehancuran di Gaza.

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 36.700 warga Palestina tewas dibunuh serangan militer Israel.

“Bermain memberikan kesempatan untuk mengangkat nama Palestina ke seluruh dunia, dan Piala Dunia adalah platform terbesar untuk ini,” kata Rashid, seorang gelandang bertahan.

“Apa yang terjadi saat ini memengaruhi kita semua. Anda tidak bisa tidak terpengaruh olehnya.”

Rashid mendapatkan beasiswa sepak bola di Illinois dari 2013-2017 sebelum bergabung dengan Liga Premier Palestina setahun kemudian.

Baca Juga: Imbas Konflik Israel-Palestina, UEFA Tunda Sejumlah Laga Kualifikasi Euro 2024

Pemimpin Asosiasi Sepak Bola Palestina Jibril Rajoub di Kongres FIFA di Bangkok, Thailand, Jumat, 17 Mei 2024. Dengan Piala Dunia 2026 diperluas menjadi 48 tim, dan alokasi kualifikasi otomatis Asia menjadi delapan negara, Palestina punya peluang besar mencetak sejarah. (Sumber: AP Photo)

Meski sebagian kecil anggota PBB tidak mengakui Palestina sebagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Australia, Asosiasi Sepak Bola Palestina menjadi anggota penuh FIFA tahun 1998.

Tim yang dikenal dengan sebutan Al Fida’i (Para Pejuang) ini baru-baru ini meraih kesuksesan di tingkat regional. Dengan gaya bermain disiplin yang mencerminkan keteguhan para pemainnya, Palestina hanya kebobolan satu gol dalam lima pertandingan di putaran kualifikasi ini.

Ini merupakan upaya luar biasa mengingat Palestina belum bermain di Tanah Air sejak 2019, harus menjamu pertandingan di Kuwait dan Qatar. Para pemain harus mengungsi demi keselamatan dan mencari liga di luar negeri.

“Ini adalah bagian tersulit (tidak bermain di rumah),” kata Rashid, yang bermain untuk Bali United itu.“

"Terakhir kali kami bermain melawan Arab Saudi di rumah, stadion kami penuh. Orang-orang memanjat pohon untuk menonton pertandingan."

“Kami telah bermain 28 (berturut-turut) pertandingan tandang, yang semuanya berat. Tapi kami selalu bermain untuk rakyat kami.”

Meski para pemain mencoba menghindari pernyataan sensitif, keberadaan tim ini dianggap sebagai pernyataan politik dengan kontroversi yang tak terhindarkan. Presiden Federasi Sepak Bola Palestina PFA Jibril Rajoub ditolak visanya ke Australia. Rajoub juga seorang politisi dan ketua Komite Olimpiade Palestina.

Baca Juga: Israel Dilaporkan Bunuh 2.000 Warga Palestina per Bulan di Gaza

“Keputusan ini dibuat oleh badan terkait, oleh departemen imigrasi,” kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.

Rashid dan rekan-rekannya berharap untuk mengesampingkan kemunduran tersebut dan terus memberikan seruan bagi warga Palestina, “Ketika datang ke (sepak bola), Anda mencoba untuk tidak memikirkan (kontroversi),” katanya.

“Ini (pertandingan Palestina) adalah satu-satunya hal yang mereka (warga Palestina) tonton. Satu-satunya hal yang memberi mereka harapan.

“Bagi kami ini adalah motivasi besar.” tegas Rashid.

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Gading-Persada

Sumber : Associated Press


TERBARU