Sejarah Stadion Kanjuruhan Malang, Saksi Kericuhan yang Memakan Ratusan Korban Meninggal Dunia
Sepak bola | 6 Oktober 2022, 14:09 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu menjadi sejarah kelam dalam dunia sepak bola Indonesia.
Kericuhan terjadi setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Arema FC kalah dengana skor 2-3.
Melihat timnya kalah, ada sejumlah suporter Arema turun ke lapangan. Pihak keamanan menembakkan gas air mata untuk mengamankan situasi.
Asap tersebut diduga sebagai penyebab suporter sesak napas dan pingsan, hingga korban jiwa berjatuhan. Lebih dari seratus orang dikabarkan tewas dalam kejadian itu.
Dikutip dari beberapa sumber dan Kompas.com pada Kamis (6/10/2022) Stadion Kanjuruhan merupakan stadion sepak bola milik pemerintah Kabupaten Malang.
Stadion itu berada di Jalan Trunojoyo, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Stadion mulai dibangun pada 1997 dan diresmikan oleh Presiden kelima Megawati Soekarnoputri pada 9 Juni 2004.
Baca Juga: Presiden Minta Kasus Kanjuruhan Selesai 1 Bulan, TGIPF Fokus Kulik dan Bongkar Fakta Kejadian!
Peresmian tersebut beriringan dengan pembukaan pertandingan sepak bola divisi 1 Liga Indonesia antara Arema melawan PSS Sleman.
Nama Kanjuruhan diambil dari sebuah kerajaan Hindu di Malang yang berdiri pada abad ke-6 Masehi. Bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan, yakni Prasasti Dinoyo yang menceritakan bahwa kerajaan di Malang merupakan pusat aktivitas budaya dan politik pada kisaran tahun 760 sampai 1414.
Dengan berdirinya stadion baru ini, Arema yang semula bermarkas di Stadion Gajayana pun memindahkan markasnya ke Kanjuruhan.
Renovasi Stadion Kanjuruhan
Setelah sempat tidak digunakan karena pandemi Covid-19, Stadion Kanjuruhan terpilih menjadi salah satu lokasi babak penyisihan Piala Presiden 2022.
Alhasil Pemerintah Kabupaten Malang bersama Manajemen Arema FC merenovasi Stadion. Tujuan mereka memperelok Stadion Kanjuruhan menggunakan dana yang bersumber dari APBD dan dari Presiden Arema Gilang Widya Pramana atau dikenal dengan Juragan 99.
Stadion ini menjadi saksi Arema FC mengukir beberapa prestasi, dilansir dari pemberitaan Tribun News (2/10/2022).
Klub bola asal Malang ini sempat menjadi juara Indonesia Super League (ISL) pada 2009-2010. Di tempat yang sama, pendukung Arema, Aremania, turut mendapatkan penghargaan sebagai The Best Supporter di ajang Copa Indonesia 2006.
Baca Juga: Hari Ini TGIPF ke Malang, Ini Poin Penting yang Dibawa untuk Usut Tragedi Kanjuruhan
Pada 2010 silam, panitia pelaksana (panpel) Arema di Stadion Kanjuruhan mendapat gelar Panpel Terbaik ISL 2009-2010. Penghargaan ini disabet Panpel Arema lantaran mampu mencatatkan jumlah penonton terbanyak se-Asia Tenggara untuk musim kompetisi 2009-2010 dan 2010-2011.
Peristiwa membahagiakan lain di stadion ini, yakni saat Arema meraih empat trofi juara turnamen, mulai dari Super Copa Indonesia 2006, Menpora Cup 2013, SCM Cup 2015, dan terakhir Piala Presiden 2019.
Sejarah kelam Kanjuruhan
Stadion Kanjuruhan juga beberapa kali menjadi saksi tragedi kericuhan. Masih dari sumber yang sama, pada 13 Juli 2005, pembatas tribun Stadion Kanjuruhan roboh saat Arema mengalahkan Persija Jakarta 1-0.
Akibat kerusuhan tersebut, seorang Aremania berusia 16 tahun meninggal dunia dan puluhan orang terluka. Pada 15 April 2018, tragedi kembali terjadi usai laga Arema melawan Persib Bandung yang berakhir imbang 2-2.
Suporter yang tidak terima dan menilai wasit tak adil pun membuat kerusuhan hingga banyak korban pingsan akibat tembakan gas air mata.
Menurut Manajemen Arema FC saat itu, sebanyak 214 orang menjalani perawatan di rumah sakit, dan seorang Aremania meninggal dunia.
Baca Juga: Panpel Arema FC Diperiksa Polisi, Terkait Tragedi Kanjuruhan
Penulis : Kiki Luqman Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV