> >

Kekerasan Aparat di Lapangan, YLBHI Sebut Tentara Tak Boleh Berseragam di Stadion, Ini Alasannya

Sepak bola | 3 Oktober 2022, 09:30 WIB
Terekam dalam video, aparat TNI menendang salah satu suporter Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Malang, usai laga Arema vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022). (Sumber: KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Muhammad Isnur, Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), mengatakan aparat seharusnya tak boleh berseragam lengkap di stadion.

Hal itu ia ungkapkan dalam dialog Sapa Indonesia Pagi di KOMPAS TV, Senin (3/10/2022), ketika membahas tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang.

"Aparat yang seharusnya dia  sebagai stewart, tidak boleh pakai seragam tentara/polisi lengkap di dalam stadion. Kalaupun mau dilibatkan di dalam stadion, dia pakai pakaian stewart, putih hitam atau pakaian yang mencolok," kata Isnur.

Ia menyayangkan adanya kekerasan oleh aparat dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, sebagaimana terekam dalam video yang beredar di media massa.

Baca Juga: Semua Pengurus PSSI Diminta Mundur, Respek terhadap Korban Tragedi Kerusuhan di Kanjuruhan

"Itu yang namanya suporter, pasti terpancing emosinya, ketika ada temannya yang dipukuli. Ini kan nggak ada suporter lawan ya, nggak ada suporter Persebaya. Ini antara sesama Arema saja," kata Isnur.

"Paling parah adalah pendekatan yang sangat dilarang oleh FIFA. Belajar dari pengalaman di Peru, gas air mata berakibat fatal," tegasnya.

Ketua YLBHI itu lantas menerangkan analisisnya, ketika massa panik, ditembak gas air mata, hal tersebut menimbulkan kekacauan.

"Pada saat yang sama, semua orang mencari pintu keluar dengan sangat cepat. Terjadilah tumpuk menumpuk, injak menginjak, dorong mendorong," kata Isnur.

"Itu yang menurut kami sangat fatal akibatnya. Pendekatan keamanan seharusnya berbeda dengan pendekatan olahraga sepakbola," imbuhnya.

Baca Juga: Kronologi Akun Polsek Srandakan Cuit Kata Kasar soal Tragedi Kanjuruhan hingga Kapolsek Akui di-Hack

Selain menyoroti soal aparat, Isnur juga membedah sejumlah permasalahan, seperti peran manajemen dan pelanggaran aturan FIFA.

"Ini menyangkut nyawa manusia, satu nyawa saja sudah sangat berharga, sudah sangat mahal ketika ada yang hilang, apalagi ini 125 orang," tegasnya.

Sebelumnya diberitakan oleh KOMPAS.TV, terjadi kerusuhan selepas laga Arema vs Persebaya pada Sabtu (1/10).

Salah satu yang menjadi perhatian masyarakat adalah ketika seorang berseragam tentara menendang suporter dari belakang. Tendangan terlihat menggunakan gaya kungfu. 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusiadan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan pada Minggu (2/10), korban terbaru mencapai 448 orang dengan korban jiwa sebanyak 125 orang.

Baca Juga: Bagan dan Jadwal Perempat Final Piala Asia Futsal 2022, Indonesia tantang Jepang!


 

Penulis : Rofi Ali Majid Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU