> >

Kisah Awer Mabil, Pengungsi dari Kecamuk Perang Sudan hingga Mengantar Australia ke Piala Dunia

Kompas sport | 14 Juni 2022, 12:26 WIB
Awer Mabil dalam sebuah pertandingan. Ia adalah sosok penting di balik lolosnya Australia ke Piala Dunia Qatar (Sumber: Fifpro.org)

JAKARTA, KOMPAST.V - Bagi Awer Mabil, lolosnya Australia ke Piala Dunia Qatar 2022 usai menundukan Peru di partai playoff interkontinenal di Stadion Al Rayyan, Qatar, Selasa (14/06/2022) dini hari WIB, punya arti besar.  

Apalagi, ia turut menyumbangkan gol penting di adu penalti bagi The Socceros untuk maju kelima kali berturut ke Piala Dunia.

Awer Mabil  adalah pemain Australia yang lahir dari orang tua asal Sudan Selatan. Ia lahir di kamp pengungsian di Kenya pada 15 September 1995.

Ia mengisahkan bagaimana pengaruhnya saat ini di persepakbolan Australia dan ingin berterima kasih kepada negara tersebut yang menerima keluarganya. 

"Saya tahu saya akan mencetak gol. Ini satu-satunya cara untuk mengucapkan terima kasih kepada Australia, dari saya dan keluarga saya," kata pemain berusia 26 tahun itu kepada wartawan dari Qatar, dikutip dari Antara, Selasa.

Lantas, Awer Mabil mengisahkan soal perang di negara asal kedua orang tuanya, Sudan, hingga ia ditampung di Australia yang kini jadi negaranya.

"Keluarga saya meninggalkan Sudan karena perang, saya lahir di gubuk. Kamar hotel saya di sini lebih besar dari kamar yang kami miliki sebagai keluarga di kamp pengungsian dulu," ungkapnya. 

"Australia menerima dan menampung kami, memberi saya dan keluarga saya kesempatan untuk hidup," imbuhnya. 

Baca Juga: Timnas Australia Lolos ke Piala Dunia 2022 usai Tekuk Peru Lewat Adu Penalti

Narasi Soal Pengungsi di Australia

Mabil berharap kontribusinya pada kemenangan tersebut, setidaknya dalam dunia sepak bola, membantu menciptakan narasi baru seputar pengungsi di Australia.

"Sekarang saya pikir saya punya pengaruh pada sepak bola Australia," tambahnya.

"Kami akan pergi ke Piala Dunia. Saya mencetak gol (penalti), banyak dari rekan setim saya mencetak gol, kami semua berperan,” imbuhnya.

Pemain yang saat ini bermaian di Liga Turki bersama Kasimpasa itu lantas menyebut soal pengungsi dan dirinya.

"Dan ya, mungkin anak pengungsi itu berperan besar. Jadi atas nama keluarga saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh Australia."

Mabil mengatakan dia tiba di Australia sebagai seorang anak tepat pada waktunya untuk melihat "Generasi Emas" Socceroos bermain di Piala Dunia 2006 di Jerman.

Generasi Emas Australia itu terdiri dari para pemain beken di liga-liga dunia, khususnya Liga Inggris, seperti Harry Kewell (Liverpool) Tim Cahill (Everton) hingga Mark Viduka (Leeds).

Generasi pemain saat ini, katanya, bertekad untuk tidak terbebani oleh kenangan itu. 

"Kami ingin membuat cerita kami sendiri," katanya. "Bagi saya, saya melihatnya sebagai motivasi. Sekarang saatnya kami menulis naskah kami sendiri. Lain kali kami akan langsung lolos (piala dunia),” tambahnya.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU