Harapan Perempuan dalam Sepak Bola untuk Liga dan Indonesia
Kompas sport | 16 November 2021, 18:13 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Kembalinya Liga 1 Indonesia di tengah pandemi Covid-19 disambut positif berbagai kalangan. Gelaran sepak bola domestik level teratas membangkitkan kembali gairah sepak bola Tanah Air.
Gelaran Liga Indonesia pun disambut positif oleh komunitas Perempuan dalam Sepak Bola yang fokus mengangkat isu kesetaraan gender dalam sepak bola nasional.
“Komunitas Perempuan dalam Sepak Bola merupakan wadah yang menampung aspirasi-aspirasi para perempuan penggemar sepak bola Indonesia. Kami ingin menunjukkan bahwa sepak bola bukan merupakan olahraga yang eksklusif untuk laki-laki saja,” kata Stevany Dio, salah satu inisiator komunitas dalam rilis yang diterima Kompas TV.
“Sebenarnya banyak perempuan hebat yang berkarier dalam dunia sepak bola, dari atlet hingga yang tergabung dalam struktur organisasi,“ imbuhnya.
Baca Juga: Setelah Bertahun-tahun Diskriminasi, Sepak Bola Perempuan Arab Saudi Mendapat Angin Segar
Selain berupaya mematahkan stereotip maskulin yang melekat pada sepak bola, komunitas ini bertujuan untuk memperkuat perjuangan hak-hak perempuan dalam sepak bola nasional.
Terkait kembali bergulirnya Liga Indonesia, komunitas ini berharap pelaksanaannya tetap tertib untuk mencegah penularan Covid-19.
Selain itu, Perempuan dalam Sepak Bola juga berharap pelaksana dapat menciptakan ruang aman bagi perempuan, terutama menjelang dibolehkannya penonton kembali ke stadion.
“Kami berharap agar BRI Liga 1 dapat terus berjalan dan jika akan diselenggarakan dengan penonton, harapan besar kami agar pelaksana juga memfasilitasi pelaporan jika ada pelecehan seksual. Selain itu, pesan kami secara umum adalah agar atlet perempuan lebih dipandang dari kemampuan mereka, bukan dari aspek fisik,” kata Stevany.
Perempuan dalam Sepak Bola menyebut kesetaraan gender dalam dunia sepak bola masih sulit ditegakkan. Masalah seksisme pun masih kerap terjadi di stadion serta tayangan olahraga.
Salah satu inisiator, Dianita Iuschinta mengkritik label-label seperti “bidadari tribun” yang kerap disematkan kepada suporter perempuan. Menurutnya, label itu justru menjadikan perempuan sebagai “objek pengalih perhatian”.
Inisiator lain, Putri Rahmadhani juga mengkritik tayangan olahraga yang masih menyoroti suporter perempuan dari aspek fisik.
“Biasanya jika asal sorot, yang ada beberapa suporter perempuan menjadi bahan pembicaraan dari aspek fisik saja. Tapi untungnya sekarang semakin lebih baik,” kata Putri.
Baca Juga: Tampil Menurun di Seri Kedua Liga 1, PSIS Kembali Angkat Imran Nahumarury sebagai Pelatih Kepala
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV