Paus dan Imam Masjid Istiqlal Serukan Lawan Kekerasan dan Lindungi Bumi
Peristiwa | 5 September 2024, 14:31 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV — Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar berjanji untuk melawan kekerasan yang dilandasi oleh agama dan melindungi lingkungan. Selain itu, mereka juga mengeluarkan seruan bersama untuk persahabatan antarumat beragama.
Dalam sebuah pertemuan yang kaya dengan makna simbolis dan sentuhan pribadi, Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke Masjid Istiqlal yang ikonik di Jakarta untuk pertemuan antaragama dengan perwakilan dari enam agama yang secara resmi diakui di Indonesia: Islam, Buddha, Konghucu, Hindu, Katolik, dan Protestan.
Di sana, Paus dan imam besar, Nasaruddin Umar, berdiri di pintu masuk lantai dasar menuju Terowongan Silaturahim, sebuah jalan bawah tanah yang menghubungkan kompleks masjid dengan gereja Katedral.
Indonesia menawarkan terowongan tersebut sebagai tanda nyata dan komitmen terhadap kebebasan beragama, yang diabadikan dalam konstitusi, tetapi kerap mengalami berbagai diskriminasi dan kekerasan terhadap minoritas agama.
Baca Juga: Paus Fransiskus kepada Kelompok Berkebutuhan Khusus: Kalian adalah Bintang Bersinar
Seperti dikutip dari The Associated Press, sejak Januari 2021 hingga Juli 2024, setidaknya ada 123 kasus intoleransi, termasuk penolakan, penutupan atau penghancuran tempat ibadah dan serangan fisik. Hal ini disebutkan oleh Amnesty International pada malam kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta.
Mendekati lift menuju terowongan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa terowongan itu adalah tanda kuat tentang bagaimana tradisi agama yang berbeda-beda memiliki peran untuk membantu setiap orang melewati terowongan kehidupan, kemudian mata setiap umat tertuju pada cahaya.
Dia mendorong semua orang Indonesia dari setiap agama untuk berjalan mencari Tuhan dan berkontribusi untuk membangun masyarakat terbuka, yang didirikan atas dasar rasa hormat dan cinta timbal balik.
“Cinta tersebut akan mampu melindungi kita dari kekakuan, fundamentalisme dan ekstremisme, yang selalu berbahaya dan tidak pernah dapat dibenarkan,” ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: Umat Katolik Berharap Paus Fransiskus Doakan Indonesia dalam Misa di GBK
Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke Indonesia, yang menjadi awalan perjalanan selama 11 hari ke empat negara di Asia dan Oseania. Kunjungan ini bertujuan untuk mendorong Indonesia memerangi kekerasan yang didasari oleh agama dan mengikrarkan komitmen Gereja Katolik untuk persaudaraan yang lebih besar.
Dalam kunjungan ini, terlihat keakraban antara Paus Fransiskus yang berusia 87 tahun dan Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar yang berusia 65 tahun. Saat Paus Fransiskus meninggalkan tempat itu dengan kursi rodanya, Nasaruddin Umar membungkuk dan mencium kepala Fransiskus. Fransiskus kemudian menggenggam tangan Umar, menciumnya, dan menempelkannya di pipinya.
Acara tersebut dimulai dengan momen yang sama mengharukan, saat seorang gadis remaja Indonesia yang tunanetra, Kayla Nur Syahwa, melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an tentang toleransi di antara para penganut agama yang berbeda.
Paus Fransiskus telah menjadikan peningkatan hubungan Katolik-Muslim sebagai ciri khas kepausannya dan telah memprioritaskan perjalanan ke negara-negara mayoritas Muslim untuk memajukan agenda tersebut.
Selama kunjungan ke Teluk pada tahun 2019, Paus Fransiskus dan Imam Al-Azhar, pusat ilmu Sunni berusia 1.000 tahun, meluncurkan gerakan “Persaudaraan Manusia” yang menyerukan upaya yang lebih besar antara Kristen dan Muslim untuk mempromosikan perdamaian di seluruh dunia.
Baru-baru ini, Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke Najaf, Irak, pada tahun 2021 untuk mengunjungi ulama Syiah terkemuka, yang menyampaikan pesan tentang hidup berdampingan secara damai.
Baca Juga: Kunjungan Paus Fransiskus ke Istiqlal, Dua Ayat Suci Alquran Dilantunkan, Ini Artinya
Inisiatif baru yang diluncurkan pada Kamis (5/9/2024), yang disebut Deklarasi Istiqlal, sekarang menjadi pilar lain dari dorongan antaragama Paus Fransiskus. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Nasaruddin Umar pada upacara resmi di tenda di kompleks Masjid Istiqlal.
Dokumen tersebut mengatakan agama tidak boleh disalahgunakan untuk membenarkan kekerasan, tetapi sebaliknya harus digunakan untuk menyelesaikan konflik dan melindungi serta mempromosikan martabat manusia. Ia juga menyerukan "tindakan tegas" untuk melindungi lingkungan dan sumber dayanya, dengan menyalahkan tindakan manusia atas krisis iklim saat ini.
Penulis : Tussie Ayu Editor : Vyara-Lestari
Sumber : The Associated Press