Bahasa Indonesia Terpinggirkan di IKN, Begini Kritik dari Ahli Bahasa Kemendikbudristek
Humaniora | 14 Agustus 2024, 08:56 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Ahmad Arianto, Widyabasa Ahli Muda Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menuliskan kritik terkait penggunaan bahasa asing di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Melalui artikel berjudul "Nestapa Bahasa Indonesia di Ibu Kota Nusantara" yang dimuat di Kompas.id, Selasa (13/8/2024), Arianto menyoroti sejumlah papan petunjuk di IKN yang masih menggunakan bahasa Inggris, seperti "Mangrove Eco Park", "rest area", dan "khusus drop off".
Penggunaan istilah bahasa Inggris itu, menurut dia, dapat dipadankan ke bahasa Indonesia menjadi masing-masing, "Taman Ekologi Mangrove", "area peristirahatan", dan "khusus pengantaran".
Pemadanan itu pun tidak mengubah makna sehingga masyarakat tidak dibuat bingung dengan penggunaan bahasa Indonesia.
"Selain itu, intuisi rasa kebahasaan pembaca sebagai penutur jati akan memaknainya sebagai taman, area yang digunakan untuk istirahat, dan tempat pengantaran barang," katanya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Sebut Pusat Latihan Timnas di IKN Bisa Digunakan Mulai September 2024
Begitu pula dengan penamaan gedung di IKN yang banyak menggunakan bahasa asing, seperti Telkom Smart Office, National Training Center, Bali International Hospital, Nusantara Sustainability Hub, dan BRI International Microfinance Center.
Kecenderungan menggunakan bahasa asing juga ditunjukkan BUMN dan perusahaan swasta. Hal ini tentu turut menambah nestapa bahasa Indonesia yang dahulu digadang sebagai bahasa pemersatu di Indonesia.
Media sosial dan laman resmi IKN juga masih gemar menggunakan bahasa asing. Laman resmi IKN yang telah menerapkan fitur dua bahasa juga masih memunculkan bahasa asing dalam fitur bahasa Indonesia.
Sebagai contoh, dalam fitur siaran pers yang menampilkan sejumlah berita seputar IKN, terdapat penggunaan bahasa asing, seperti "Nusantara Short Film Festival 2024 Jadi Momen Apresiasi Karya Anak Bangsa"; "Informasi Hoax Lowongan Kerja Mengatasnamakan Otorita IKN"; "Suarakan Antusiasme Perayaan HUT RI Ke-79 di IKN: Voice of Nusantara Hadir di Tengah Masyarakat"; serta "Peresmian Telecommunication and Digital Center Nusantara, Dorong Energi Hijau dan Teknologi Pintar".
Baca Juga: Prabowo Tegaskan Anggaran Pembangunan IKN di Masa Pemerintahannya Cukup Besar
Bahasa asing yang digunakan tersebut sebenarnya dapat dinasionalisasikan ke bahasa Indonesia, menjadi "Festival Film Pendek Nusantara 2024 Jadi Momen Apresiasi Karya Anak Bangsa"; "Informasi Hoaks Lowongan Kerja Mengatasnamakan Otorita IKN"; "Suarakan Antusiasme Perayaan HUT RI ke-79 di IKN: Suara Nusantara Hadir di Tengah Masyarakat"; serta "Peresmian Pusat Telekomunikasi dan Digital Nusantara, Dorong Energi Hijau dan Teknologi Pintar".
Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Halimi Hadibrata dalam diskusi penyusunan tim Kelompok Terpumpun (DKT) Klinik Bahasa Negara (Klisara) di IKN, Selasa 28 November 2023 silam, menyentil maraknya penggunaan bahasa asing di kawasan IKN, terutama tulisan-tulisan di ruang publik seperti yang sering dijumpai di pintu, misalnya, "in, exit, push, pull", dan lainnya.
Padahal, kata dia, seharusnya yang terpampang di pintu tersebut adalah "masuk, ke luar, dorong, tarik", dan lainnya.
"Saya tidak melarang penggunaan bahasa asing tersebut, hanya saja tetap harus kita menonjolkan bahasa resmi negara yaitu berbahasa Indonesia. Contohnya penggunaan bahasa Indonesia diletakkan di atas kemudian di bawahnya tertulis bahasa asing, karena ruang publik juga melayani tamu asing," ucap Halim, dikutip dari situs Dinas Kominfo Provinsi Kalimantan Timur.
Kompas.tv pun pernah mengunjungi situs Kementerian Sekretariat Negara dan menemukan banyak kosa kata bahasa Inggris di sana. Misalnya, "tower" untuk menara.
Ada juga penggunaan bahasa "Proses on-boarding ASN dilakukan secara digital. Setiap ASN yang akan menghuni tower ini akan menerima email yang berisi QR code untuk verifikasi identitas.."
Menurut Arianto, IKN seharusnya menjadi kota yang menjunjung bahasa Indonesia sebagai pemersatu.
"Ibu kota baru Republik Indonesia yang digadang-gadang sebagai kota yang inklusif, hijau, dan berkelanjutan, serta dibangun untuk semua kalangan masih menyisakan pekerjaan rumah, yaitu belum mengutamakan bahasa Indonesia sebagai tonggak pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia masih menjadi bahasa kedua setelah bahasa Inggris," kata Arianto.
"Jika kita abai dengan bahasa kita sendiri, bukan tidak mungkin generasi berikutnya akan asing dengan bahasa Indonesia dan menilai bahasa Inggris jauh lebih berguna dibandingkan bahasa Indonesia," pungkasnya.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV/kompas.id