> >

Bahasa Indonesia Terpinggirkan di IKN, Begini Kritik dari Ahli Bahasa Kemendikbudristek

Humaniora | 14 Agustus 2024, 08:56 WIB
Baliho berisi ajakan mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia terpasang di tepi Jalan Poros Palopo - Makassar, Parepare, Sulawesi Selatan, Kamis (28/12/2017). (Sumber: KOMPAS/WAWAN H PRABOWO)

Baca Juga: Prabowo Tegaskan Anggaran Pembangunan IKN di Masa Pemerintahannya Cukup Besar

Bahasa asing yang digunakan tersebut sebenarnya dapat dinasionalisasikan ke bahasa Indonesia, menjadi "Festival Film Pendek Nusantara 2024 Jadi Momen Apresiasi Karya Anak Bangsa"; "Informasi Hoaks Lowongan Kerja Mengatasnamakan Otorita IKN"; "Suarakan Antusiasme Perayaan HUT RI ke-79 di IKN: Suara Nusantara Hadir di Tengah Masyarakat"; serta "Peresmian Pusat Telekomunikasi dan Digital Nusantara, Dorong Energi Hijau dan Teknologi Pintar".

Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Halimi Hadibrata dalam diskusi penyusunan tim Kelompok Terpumpun (DKT) Klinik Bahasa Negara (Klisara) di IKN, Selasa 28 November 2023 silam, menyentil maraknya penggunaan bahasa asing di kawasan IKN, terutama tulisan-tulisan di ruang publik seperti yang sering dijumpai di pintu, misalnya, "in, exit, push, pull", dan lainnya.

Padahal, kata dia, seharusnya yang terpampang di pintu tersebut adalah "masuk, ke luar, dorong, tarik", dan lainnya.

"Saya tidak melarang penggunaan bahasa asing tersebut, hanya saja tetap harus kita menonjolkan bahasa resmi negara yaitu berbahasa Indonesia. Contohnya penggunaan bahasa Indonesia diletakkan di atas kemudian di bawahnya tertulis bahasa asing, karena ruang publik juga melayani tamu asing," ucap Halim, dikutip dari situs Dinas Kominfo Provinsi Kalimantan Timur.

Kompas.tv pun pernah mengunjungi situs Kementerian Sekretariat Negara dan menemukan banyak kosa kata bahasa Inggris di sana. Misalnya, "tower" untuk menara.

Ada juga penggunaan bahasa "Proses on-boarding ASN dilakukan secara digital. Setiap ASN yang akan menghuni tower ini akan menerima email yang berisi QR code untuk verifikasi identitas.."

Menurut Arianto, IKN seharusnya menjadi kota yang menjunjung bahasa Indonesia sebagai pemersatu.

"Ibu kota baru Republik Indonesia yang digadang-gadang sebagai kota yang inklusif, hijau, dan berkelanjutan, serta dibangun untuk semua kalangan masih menyisakan pekerjaan rumah, yaitu belum mengutamakan bahasa Indonesia sebagai tonggak pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia masih menjadi bahasa kedua setelah bahasa Inggris," kata Arianto.

"Jika kita abai dengan bahasa kita sendiri, bukan tidak mungkin generasi berikutnya akan asing dengan bahasa Indonesia dan menilai bahasa Inggris jauh lebih berguna dibandingkan bahasa Indonesia," pungkasnya.

 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV/kompas.id


TERBARU