Peneliti BRIN Sebut Kasus Bunuh Diri di Indonesia Didominasi oleh Remaja dan Mahasiswa Laki-Laki
Humaniora | 25 Juli 2024, 15:05 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat ada sebanyak 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia selama 11 tahun terakhir sejak 2013.
Dari jumlah itu, sebanyak 46,63% atau 985 kasus dilakukan oleh remaja.
Sementara itu, Survei I-NAMHS 2022 mengungkapkan sebanyak 1,4% remaja Indonesia memiliki ide bunuh diri.
Kemudian, sebanyak 0,5% membuat rencana bunuh diri, dan sebanyak 0,2% mencoba bunuh diri.
Yurika Fauzia Wardani selaku Peneliti Muda Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, OR.Kesehatan BRIN menyampaikan bahwa maraknya kasus bunuh diri di kalangan muda disebabkan oleh tekanan akademis dan tekanan sosial.
Ia mencontohkan tekanan sosial tersebut seperti harapan-harapan orang sekitar tentang prestasi akademis dan pencapaian di usia muda.
"Kemudian ada juga perubahan hormon dan emosi, yang ada pada remaja, lalu ada permasalahan keluarga serta cyber bullying," kata Yurika, Kamis (25/7/2024) dalam acara Webinar tentang Fenomena Banyaknya Bunuh Diri di Usia Produktif, yang digelar oleh BRIN.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Yurika, aksi nekat bunuh diri lebih sering ditemukan pada jenis kelamin laki-laki. Namun, keinginan bunuh diri lebih banyak ditemukan di perempuan.
"Kok bisa laki-laki? Ternyata, norma sosial dan budaya patriarki Indonesia itu menuntut laki-laki lebih tegar, lebih kuat, dan lebih kuat menghadapi masalah. Akibatnya, laki-laki enggan meminta pertolongan ketika mereka butuh. Kemudian laki-laki cenderung memilih metode bunuh diri dengan cara tragis."
"Keinginan untuk bunuh diri itu kebanyakan ditemukan di wanita, tapi kalau tingkat keberanian lebih tinggi di laki-laki," lanjutnya.
Baca Juga: Penjelasan Lengkap TNI AL, Atas Meninggalnya Lettu Eko yang Diduga Bunuh Diri
Akibat budaya patriarki tersebut, Yurika mengatakan laki-laki sering merasa tidak didukung dan hidup sendiri ketika ada masalah.
Selain itu, tingkat angka bunuh diri juga lebih banyak ditemukan di kalangan mahasiswa.
Sebelumnya, Ganjar Pranowo, Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), Yogyakarta, sekaligus mantan Gubernur Jawa Tengah, menyampaikan kekhawatirannya mengenai krisis kesehatan mental yang kini melanda Indonesia.
Ganjar menekankan perlunya langkah strategis dan kolaboratif untuk mengatasi masalah ini.
Ia menyebut beberapa kasus bunuh diri yang sempat viral di media sosial, seperti siswa SD di Banyuwangi yang bunuh diri karena sering diejek sebagai anak yatim, siswa SD di Pekalongan yang bunuh diri karena ponselnya disita oleh ibunya, dan anak SMP di Cirebon yang bunuh diri karena tekanan hidup.
Selain itu, ada juga kasus anak SMA yang gantung diri setelah fotonya tersebar di media sosial, serta seorang anak di Bandung yang nekat melompat dari jembatan.
"Fenomena bunuh diri di kalangan generasi muda kita akhir-akhir ini membuat kita semua miris. Penting rasanya kita merumuskan langkah strategis dan taktis, bergerak bersama untuk mengatasinya. Sebab, sesungguhnya saat ini kita sedang dalam kondisi darurat kesehatan mental," ucap Ganjar dikutip dari tayangan Breaking News Kompas TV, Rabu (23/7/2024).
"Untuk mahasiswa, tentu kita masih ingat dua peristiwa bunuh diri yang melibatkan mahasiswa UGM, satu melompat dari lantai 11 hotel dan satu lagi meninggal di tempat kos. Semoga ini kejadian terakhir dan tak terulang lagi," jelasnya.
Ganjar juga menyoroti kurangnya literasi kesehatan mental dan minimnya fasilitas layanan kesehatan mental di Indonesia.
Dari 10 ribu puskesmas di Indonesia, hanya 6.000 yang memiliki layanan kesehatan jiwa. Ia menegaskan pentingnya peningkatan fasilitas layanan kesehatan jiwa dan penambahan jumlah psikiater, serta kampanye kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental.
"Maka negara harus hadir dengan membangun lebih banyak fasilitas layanan kesehatan jiwa di Indonesia. Jumlah psikiater juga harus ditambah dan terus mengampanyekan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental," tegasnya.
Kontak Bantuan
Depresi bisa dialami siapa pun. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup karena Anda tidak sendiri.
Layanan konseling dapat menjadi pilihan untuk meringankan keresahan yang Anda alami.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau layanan konseling lainnya, Anda dapat mengakses situs Into the Light Indonesia dengan mengeklik tautan ini https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/layanan-konseling-psikolog-psikiater/
Baca Juga: Hasil Penyelidikan, Ajudan Wakapolres Sorong Bunuh Diri
Penulis : Kiki Luqman Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV