> >

Sengketa PHPU Pileg 2024, Demokrat DKI Duga KPU Lakukan Kesalahan Prosedur

Politik | 4 Juni 2024, 06:50 WIB
Suasana sidang lanjutan sengketa hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin (1/4/2024). (Sumber: Tribunnews/Irwan Rismawan)

JAKARTA, KOMPAS TV - DPD Partai Demokrat DKI Jakarta menduga Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Jakarta Utara melakukan kesalahan prosedur saat menyerahkan bukti formulir C hasil ke Mahkamah Konsitusi (MK) pada Senin (3/6/2024).

DPD Partai Demokrat Jakarta mengajukan Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) DPR-DPRD ke MK dengan nomor register 09-01-14-11/PHPU.DPR-DPRD-XXII/2024.  

Kuasa hukum caleg petahana Partai Demokrat DKI Jakarta, Neneng Hasanah, Nasrullah menyebut, pihaknya tak diundang oleh pihak KPU saat hendak membuka kotak suara yang berisikan formulir C hasil yang akan diserahkan ke MK pada hari ini. 

Baca Juga: Tanggapi Putusan MK atas Gugatan PHPU Pileg, PPP Bandingkan Perolehan Suara versi Internal dan KPU

Padahal, seharusnya dalam membuka kotak suara yang tersimpan di kantor KPUD Kota Jakarta Utara, dibuka dengan disaksikan seluruh pihak, seperti partai politik (parpol), Bawalsu, kepolisian dan saksi-saksi. Namun sayangnya, prosedur itu diduga tak dilakukan.

"Tadi pagi saya mendatangi MK dan menanyakan apakah pihak termohon (KPU) dengan perkara nomor 09 sudah menyerahkan bukti C hasil untuk bukti sandingan, (pihak MK menyatakan) sudah diserahkan. Saya pun kaget, karena tidak ada undangan atau pun pemberitahuan tentang pembukaan kotak C hasil di KPUD Kota Jakarta Utara hingga kini, sesuai arahan majelis hakim MK dan anggotanya," kata Nasrullah dalam keterangannya, Senin. 

Oleh sebab itu, pihaknya berencana untuk melayangkan surat keberatan pada ketua dan majelis hakim MK.

Hal tersebut karena adanya dugaan pelanggaran prosedur atas perintah majelis hakim dalam sidang yang dibacakan pada sidang 30 Mei lalu.

"Karena tidak ada proses sidang lagi. Maka kami akan menyampaikan surat kepada Ketua MK dan anggota majelis panel 3 MK. Karena, proses yang tidak transparan dan terbuka pada seluruh saksi dan masyarakat okeh pihak termohon dalam membuka bukti C hasil. Mudah-mudajan bisa ditanggapi oleh ketua dan anggota majelis panel 3," ungkap Nasrullah.

Sebelumnya, Hakim MK Arief Hidayat meminta kepada KPU agar dalam membuka formulir c hasil yang tersimpan dalam kotak suara agar mengundang seluruh pihak.

Penulis : Fadel Prayoga Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU