> >

Indikator Politik: Ada Sinyal untuk Prabowo dan Jokowi di Balik Rencana PPP Bergabung ke KIM

Politik | 17 April 2024, 07:13 WIB
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi di Kompas Petang, Kompas TV, Minggu (17/3/2024). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Plt Ketua Umum PPP Mardiono telah memberikan sinyal akan bergabung ke Koalisi Indonesia Maju (KIM), pendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabumung Raka. 

Sinyal akan bergabungnya PPP ini diungkap Mardiono saat menghadiri halalbihalal Partai Golkar, Senin (15/4/2024). 

Menurut Mardiono, untuk membangun Indonesia harus ada kebersamaan.

Pihaknya akan berkomunikasi dengan Capres terpilih Prabowo Subianto usai perkara sengketa Pilpres 2024 di Mahakamah Konstitusi rampung. 

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menilai, pernyataan Mardiono tersebut merupakan sinyal Save Our Souls atau SOS yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo dan Capres terpilih Prabowo Subianto. 

Burhanuddin menjelaskan, harapannya dengan menyatakan ingin bergabung dengan KIM, Presiden Jokowi ataupun Capres terpilih Prabowo bisa membantu PPP untuk bisa lolos parliamentary threshold (PT) atau ambang batas parlemen 4 persen. 

Baca Juga: PAN Minta PPP Deklarasikan Dukungan jika Ingin Gabung dengan Koalisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

"Pernyataan tersebut kira-kira, satu untuk ikut bergabung koalisi pemerintah ke depan jika MK (Mahkamah Konstitusi) petitum yang diajukan Paslon 01 dan 03. Kedua sekaligus mengirim SOS minta bantuan agar PPP ikut dibantu, diselamatkan dari lubang jarum PT 4 persen," ujar Muhtandi di program Kompas Petang KOMPAS TV, Selasa (16/4/2024). 

Muhtadi menilai PPP menjadi salah satu partai yang sangat memungkinkan bergabung dengan KIM. 

Menurutnya, jika PPP lolos ambang batas parlemen 4 persen, partai berlambang Ka`bah itu bisa menggenapi kekurangan 50 persen plus 1 kekuatan partai-partai yang tergabung dalam KIM di DPR.

"Empat partai pendukung Pak Prabowo tidak genap magic number 50 persen plus 1. Jadi siapapun partai yang masuk lebih awal untuk menggenapi kekurangan KIM mendapatkan mayoritas sederhana di parlemen, itu daya tawarnya tinggi," ujar Muhtadi 

Muhtadi menambahkan, selain harus menyelesaikan permasalahan ambang batas parlemen 4 persen, tantangan PPP untuk bisa bergabung di KIM adalah adu cepat dengan Partai NasDem. 

Baca Juga: Tidak Keberatan Beralih Dukung Prabowo-Gibran, Sekjen PDI-P Hasto: Kami Tak Ingin Sejarah PPP Hilang

Diketahui NasDem juga sudah mengirimkan sinyal untuk mau bergabung di KIM dan mendukung Prabowo-Gibran. 

Jika NasDem lebih dulu bergabung ke koalisis pendukung Prabowo-Gibran, posisi tawar PPP akan lemah.

Sebab masuknya NasDem menggenapi kekuatan KIM di DPR sudah lengkap 50 persen plus satu. 

"Kalau NasDem duluan masuk otomatis daya tawar partai lain turun. Jadi saya melihat pernyataan taktis Pak Mardiono untuk itu. Satu sisi untuk menyelamatkan partainya, dan untuk menyelamatkan partainya Pak Prabowo punya kepentingan agar PPP lolos PT. Sebab kalau tidak lolos PT enggak ada nilainya itu PPP," ujar Muhtadi. 

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU