Cerita Mahasiswa Magang di Jerman: Jadi Tukang Paket hingga Kuli Bangunan, Nanggung Utang Rp7,6 Juta
Peristiwa | 26 Maret 2024, 17:50 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Seorang mahasiswa berinisial RM (22) menceritakan pengalaman pahitnya ketika menjadi korban eksploitasi melalui modus program magang di Jerman.
Betapa tidak, alih-alih menjalani program magang, RM bersama tujuh temannya jutsru diikutkan dalam ferienjob, yang dalam bahasa Jerman artinya program kerja paruh waktu saat musim libur.
Pada Selasa, 19 Desember 2023, RM bersama tujuh pemuda lainnya menggigil karena basah kuyup diguyur hujan saat berjalan kaki di tengah gelap dengan suhu 4 derajat Celsius di Hanover, Jerman.
Baca Juga: Kasus TPPO Modus Magang di Jerman, Polri: Korban 1.047 Mahasiswa
Saat itu, RM mengaku sangat lelah karena bekerja selama 11 jam menyortir buah tanpa duduk alias berdiri. Ia pun tak kuasa menahan tangisnya ketika itu.
“Aku sampai nangis karena dingin banget dan super-capek. Malam itu aku habis kerja 11 jam nyortir buah, full berdiri, dan aku lagi datang bulan,” kata mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Jambi atau Unja itu dikutip dari Kompas.id.
RM mengatakan dirinya berada di Jerman pada 11 Oktober sampai 30 Desember 2023. Selama tiga bulan berada di Jerman, RM mengaku bekerja di tiga tempat.
Perempuan asal Kalimantan Barat itu menuturkan, kali pertama tiba di Jerman pada 11 Oktober 2023, ia dan puluhan mahasiwa dari beberapa universitas asal Indonesia ditampung di Frankfurt.
Dari Frankfurt, mereka kemudian ditempatkan di sejumlah lokasi tempat kerja oleh agen penyalur bernama Brisk United.
Baca Juga: Kata Komisi I DPR soal Kasus TPPO Modus Program Magang di Jerman
RM menuturkan tak langsung kerja sesampainya di Jerman. Ia sempat menganggur selama dua minggu sebelum akhirnya dipekerjakan di perusahaan kargo ID Logistics, Kaiserslautern.
RM mengaku bekerja mulai 31 Oktober 2023 perusahaan logistik itu. Di sana, ada 15 mahasiswa yang mayoritas perempuan, yang bekerja sebagai tukang angkut paket dari gudang menuju bagian pengemasan.
Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas.id