> >

Pelangi Cina Indonesia: Teguh Karya, Berkarya hingga Akhir Hayat

Humaniora | 9 Februari 2024, 06:00 WIB
Sutrada Teguh Karya. (Sumber:Kompaspedia -)

Barulah pada 1968 dia mendapatkan kepercayaan memakai panggung Bali Room di sana untuk pentas.

Para pemain teater adalah mahasiswa sekolah teater (ATNI) dan karyawan hotel. Tak sia-sia, Teguh dan kawan-kawan berhasil mementaskan Antara Dua Perempuan karya Alice Gerstenberg dan Kammerhere Alving karya Hendrik Ibsen pada September dan Oktober 1968. Teguh bertindak sebagai sutradara.

Semenjak itu, sebulan sekali ada pentas teater di sana dengan imbalan nasi bungkus.

Setahun kemudian, Teguh juga menggarap sinema televisi yang kebanyakan saduran hingga setidaknya 21 judul.

Dan baru pada 1971, dia mulai membuat film layar lebar yang pertama berjudul Wajah Seorang Laki-Laki. Setelah itu dia menyutradarai banyak film yang disukai penonton dan diganjar Piala Citra. Namanya ditabalkan sebagai sutradara teater dan film Indonesia.

Namun, kerusuhan 1998 di Jakarta membuatnya depresi hingga terserang stroke. Praktis, Teguh hanya duduk di kursi dan sulit berkomunikasi.  

Pada 16 Oktober 2001, sambil duduk di kursi rodanya, Teguh diberi penghargaan Life Time Achievement dari Panitia Festival Film Asia Pasifik atas pengabdianya yang panjang dan terus-menerus dalam dunia perfilman di Indonesia.  

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film untuk Menyambut Perayaan Imlek, Bisa Ditonton Bersama Keluarga

Dua bulan kemudian, 11 Desember 2001, saat sedang sarapan sereal, dia tersedak hingga sulit bernafas. Ia dilarikan ke Rumah Sakit Angkatan Laut  Mintohardjo. Namun di perjalanan, nyawanya tak tertolong. Teguh meninggal tanpa anak dan iseri, namun meninggalkan banyak karya film dan teater yang menginspirasi para sutradara dan aktor hingga saat ini.      
  
         
 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Intisari


TERBARU