> >

Di Hadapan Santri, Mahfud MD Sebut Nabi Ajarkan Pilih Pemimpin Bukan yang Minta Dipilih

Rumah pemilu | 24 Januari 2024, 15:13 WIB
Menkopolhukam Mahfud MD saat mengisi halaqah dan dialog kebangsaan di Pondok Pesantren An Nur, Ngrukem, Pendowoharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, Rabu (24/1/2024). (Sumber: KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO)

BANTUL, KOMPAS.TV - Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa pemimpin bukanlah orang yang meminta untuk dipilih menjadi pimpinan atau meminta jabatan.

Penjelasan itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Politik, Hulum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD dalam sambutannya saat menghadiri Halaqoh dan Dialog Kebangsaan di Pondok Pesantren An Nur, Ngrukem, Sewon, Kabupaten Bantul,, DIY, Rabu (24/1/2024).

"Nabi mengajarkan, pemimpin itu bukan orang yang minta dipilih jadi pimpinan, bukan orang yang minta jabatan," tuturnya di hadapan para santri.

Baca Juga: Presiden Jokowi Tanggapi Singkat Terkait Rencana Mahfud Mundur dari Kabinet sebagai Menko Polhukam

"Jadi, pemimpin itu tidak boleh minta," tambah pria yang juga tercatat sebagai cawapres nomor urut 2 itu.

Mahfud kemudian menceritakan sebelum dirinya dipilih menjadi calon wakil presiden (cawapres) pendukung Ganjar Pranowo pada Oktober tahun 2023 lalu.

Menurutnya, saat itu dirinya tidak pernah meminta atau melakukan upaya-upaya agar dirinya terpilih sebagai bacawapres pendamping Ganjar.

"Ketika saya dipilh jadi calon wakil presiden, saya tidak pernah meminta."

"Kenapa saya tidak meminta? Tidak tertarik jabatan itu? Ya tertarik juga," lanjutnya.

Dalam sambutannya, Mahfud juga menjelaskan bahwa ada tiga unsur penting untuk menjaga negara. Ketiganya adalah rakyat harus baik, pemerintah harus baik, dan ulama harus baik.

"Rakyatnya menjadi rusak jelek nggak karuan kalau pemerintahnya jelek," ucapnya.

Baca Juga: Siti Nurbaya Sebut Data Deforestasi Global Forest Watch yang Dibaca Mahfud MD Harus Dikoreksi

"Pemerintah menjadi jelek di suatu negara karena umanya jelek."

Mahfud juga menjelaskan bahwa Indonesia merupakan produk perjuangan dari para ulama. Oleh sebab itu, kata dia, negara kesatuan Republik Indonesia ini merupakan warisan ulama.

"Kalau negaranya kerajaan, sepeti Saudi. pimpanannya tidak dipilih tapi berdasarkan keturunan."

"Tapi kalau negara yang bentulknya demorasi, pimpinanya itu dipilih," tambahnya.

Penulis: Kurniawan Eka Mulyana

 

Penulis : Redaksi-Kompas-TV

Sumber : Kompas TV


TERBARU