> >

Pidato Pergantian Tahun 1984, Presiden Soeharto: Tahun 1985 Sulit dan Berat

Humaniora | 28 Desember 2023, 02:00 WIB
Presiden Soeharto saat dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia, 27 Maret 1968 (Sumber: KOMPAS/Pat Hendranto)

Kepala Negara berpendapat, tahun 1984 yang baru dilalui mempunyai arti khusus. Karena tahun itu merupakan tahun awal Repelita IV, suatu tahap pembangunan untuk mewujudkan kerangka landasan tinggal landas pada Repelita VI nanti.

Dalam kaitan itu, guna meletakkan kerangka landasan di bidang politik dan kemasyarakatan, tahun 1984 DPR bersama pemerintah menggarap lima RUU di bidang politik. Undang-undang itu akan memperkukuh landasan hukum yang diperlukan dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa.

Melalui pidato sekitar 25 menit itu, Kepala Negara kembali meyakinkan bangsa Indonesia bahwa penegasan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi organisasi kekuatan sospol dan kemasyarakatan, bertujuan untuk menjamin pelaksanaan pembangunan nasional yang dilandasi persatuan dan kesatuan bangsa sekukuh-kukuhnya.

Dengan Pancasila sebagai satu-satunya asas, semua kekuatan sospol dan ormas dapat memusatkan perhatiannya pada penyusunan program dan kegiatan nyata dalam memikul tanggung jawab bersama melaksanakan pembangunan.

“Di lain pihak, penegasan itu pun menjadikan kita tidak lagi diganggu oleh gesekan atau konflik ideologi golongan yang merupakan pengalaman pahit di masa lampau,” tambahnya.

“Berlakunya Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi kemasyarakatan sama sekali tidak ditujukan untuk membatasi kegiatan organisasi tertentu dalam mengusahakan tujuan organisasi yang bersangkutan, termasuk tujuan organisasi dalam kehidupan beragama, sepanjang semuanya dilakukan dalam rangka mencapai tujuan nasional yang berlandaskan kepada Pancasila,” kata Presiden Soeharto.

Baca Juga: Faldo Pertanyakan Komentar Megawati Soal Orde Baru, Deddy: Waktu Soeharto Jatuh, Kamu Baru 10 Tahun

Dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila, serta menegaskan Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasi, dapat dihindari gejolak yang disebabkan sikap fanatisme sempit, saling curiga dan bentuk tindakan ekstrim yang merugikan kepentingan bersama.


 

Penulis : Iman Firdaus Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU