> >

Dua Wakil Presiden Paling Ikonik dalam Sejarah Republik: Bung Hatta dan Sri Sultan HB IX

Humaniora | 23 Juli 2023, 13:11 WIB
Kolase foto Mohammad Hatta dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. (Sumber: Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia pernah memiliki wakil presiden (wapres) yang namanya terus disebut bahkan menjadi legenda hingga sekarang. Mereka adalah Mohammad Hatta alias Bung Hatta dan Hamengku Buwono IX (HB IX).

Keduanya menempati posisi wapres di masa Orde Lama dan Baru, namun sama-sama dibesarkan dan dibentuk di era kolonial Belanda hingga pascakemerdekaan. Hal yang menarik, Hatta mengundurkan diri sebagai wakil presiden sementara HB IX menolak diangkat kembali untuk periode selanjutnya.     

Mohammad Hatta menjadi wakil presiden di awal kemerdekaan tahun 1945 bersama Presiden Soekarno. Dwitunggal ini merupakan sosok dibacakannya proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Keduanya terpilih dalam sidang PPKI yang digelar di Jakarta, 18 Agustus 1945. Soekarno-Hatta terpilih secara aklamasi, keputusan bulat tanpa perhitungan suara karena tidak ada calon lain yang diajukan.

Baca Juga: Kritik Bung Hatta bagi Pemimpin yang Selalu Mengatasnamakan Rayat: Rakyat Hanya Disuruh Tepuk Tangan

Kawan seperjuangan Bung Karno sejak muda dan sama-sama pernah diasingkan di era penjajahan. Namun pada 1 Desember 1956, Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden ke-1 RI.

Keputusan untuk mengundurkan diri itu membuat Indonesia tak memiliki wakil presiden hingga hingga 1973, atau setelah era berganti dari Orde Lama di era Soekarno ke era Orde Baru Soeharto. 

Banyak yang menulis, pengunduran diri Bung Hatta karena banyak hal yang tidak sepaham antara keduanya, meski hingga akhir hayat mereka tetap berkawan.

Megawati Soekarnoputri mengungkapkan alasan mengapa Presiden Soekarno tak mengangkat seseorang sebagai Wakil Presiden usai Muhammad Hatta mengundurkan diri.

"Coba kita pikir, kenapa bapak saya selama jadi presiden, tidak punya lagi wapres. Itu punya makna sebenarnya. Kenapa? Ndak mau tergantikan dengan yang namanya Bung Hatta. Coba pikirkan, itu sebuah persahabatan lho," kata Megawati sebagaimana diberitakan Kompas.com, 12 Agustus 2021.

Putri Bung Karno ini menceritakan kedekatan antara Bung Karno dan Bung Hatta. Kedekatan keduanya dijuluki sebagai Dwitunggal, karena merupakan simbol kepemimpinan Indonesia di masa awal kemerdekaan Republik Indonesia. Keduanya sahabat sejati meski kerap berbeda pandangan politik.

HB IX wapres di awal Orde Baru

Memasuki era Orde Baru di masa kepemimpinan Presiden Soeharto, barulah Indonesia memiliki wakil presiden kembali pada 1973. Kali ini dijabat oleh Sri Sultan HB IX, raja keraton Yogyakarta. 

Mengutip situs perpustakaan nasional, Sultan Hamengku Buwono IX punya banyak peran sebelum kemerdekaan hingga menjabat wakil presiden. Dia adalah pencetus serangan Umum 1 Maret 1949. 

Sri Sultan saat itu menggunakan dana pribadinya (dari istana Yogyakarta) untuk membayar gaji pegawai republik yang tidak mendapat gaji semenjak Agresi Militer ke-2. Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin.

Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan.

Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN. 

Baca Juga: Wakil Presiden Ma'ruf Amin Beri Tiga Pesan Ini pada Malam Takbir Jelang Idulfitri 1444 H

Namun dalam memoarnya, "Takhta Untuk Rakyat : Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX", dia menulis, “Bagian terbesar waktu saya kini ingin saya curahkan untuk membina orang muda di bidang olahraga. Banyak cabang olahraga kita telah menunjukkan prestasi yang baik, tetapi masih banyak lagi yang periu peningkatan agar Indonesia dapat lebih banyak ikut bicara di gelanggang internasional," kata HB IX.

Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU