Memimpin Itu Menderita, Keteladan Pendiri Bangsa Agus Salim dan Nasi Goreng Kecap
Humaniora | 20 Juli 2023, 07:59 WIB"Meski rumahnya tidak kurang besar dari rumah di Gang Tanah Tinggi, tetapi jauh kurang baik," kata Roem.
Hanya ada meja dan kursi di luar, namun di dalam rumah hampir-hampir kosong. Sehingga saat Roem datang, diterima di atas tikar.
Meski dikenal tak punya apa-apa, Salim dan keluarganya selalu terlihat gembira.
"Kami mendapatkan diri dalam suasana gembira, anak-anak yang kami sudah kenal sedang bersenda gurau," kenang Roem.
Tidak mengherankan, bila Prof William Schermerhorn, salah seorang pemimpin delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati, memiliki penilaian khusus tentang sosok Haji Agus Salim.
Menurut dia, Agus Salim adalah sosok orang yang sangat pandai, jenius dan menguasai sembilan bahasa. Tapi dia punya satu kelemahan, "yaitu selama hidupnya melarat," tulis Prof Schermerhorn dalam catatan hariannya, Senin malam 1 Oktober 1946.
Baca Juga: Rusia bakal Bangun Patung Soekarno di Moskow, Kenapa?
Agus Salim, kelahiran Koto Gadang, Sumatera Barat 8 Oktober 1884 itu, wafat di Jakarta 4 November 1954. Dia dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 27 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Indonesia Nomor 657 tahun 1961.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV