Memimpin Itu Menderita, Keteladan Pendiri Bangsa Agus Salim dan Nasi Goreng Kecap
Humaniora | 20 Juli 2023, 07:59 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV- "Leiden is lijden" (memimpin itu menderita) adalah kalimat yang diucapkan pendiri bangsa KH Agus Salim. Pahlawan nasional yang pernah menjadi Menteri Luar Negeri pertama itu, meresapi ucapannya. Sepanjang karirnya di dunia politik dan pemerintahan, dia dikenal sebagai sosok yang melarat.
Para muridnya mengenang Salim sebagai pribadi yang humoris meski tak memiliki apa-apa. Rumahnya berpindah-pindah karena harus mengontrak. Konon, sampai akhir hayatnya pada tahun 1954, Salim tak punya rumah.
Makanan kesukaanya nasi goreng kecap dan mentega. Hal itu karena di rumahnya benar-benar tak ada makanan lain.
Baca Juga: Kisah Teladan Agus Salim dan Hatta, Tokoh Bangsa yang Lekat dengan Kesederhanaan hingga Akhir Hayat
Padahal, dialah diplomat yang piawai dalam berdiplomasi dan berargumen di forum internasional. Dalam perjalanan hidupnya, lelaki yang mendapat julukan "The Grand Old Man" karena kefasihan dalam berdiplomasi itu, selalu berpindah-pindah rumah untuk ngontrak.
Mohammad Roem, sahabat sekaligus "anak didik" Salim, pernah menuliskan kenangan pada Salim dalam sebuah catatan berjudul "Haji Agus Salim" yang termaktub dalam buku "Seratus Tahun Haji Agus Salim" (Pustaka Sinar Harapan, 1996).
Pada suatu kesempatan di tahun 1925, Roem dan beberapa sahabat sengaja bertandang ke rumah Agus Salim di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Mereka pergi memakai sepeda.
Sampai Stasiun Senen, jalan sudah diaspal, tetapi seterusnya masih tanah dan banyak berlubang.
"Melalui jalan itu dengan sepeda seperti duduk di perahu di atas air yang berombak," kata Roem. Tanah Tinggi masih kampung yang becek.
Setelah dari Tanah Tinggi, Agus Salim kemudian pindah ke Gang Toapekong, dekat kawasan Pintu Besi, tak jauh dari Gereja Ayam.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV