> >

Mengenal Tradisi Brandu, Upaya Bantu Sesama yang Diduga Picu Penyebaran Antraks di Gunungkidul

Humaniora | 9 Juli 2023, 07:10 WIB
Petugas menyuntikkan antibiotik kepada sapi yang berada di Desa Pucanganom, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (18/1/2020). Hal itu merupakan langkah antisipasi dari paparan bakteri antraks yang muncul di kabupaten tersebut. (Sumber: Nino Citra Anugrahanto/Kompas.id)

WONOSARI, KOMPAS.TV - Kasus antraks yang menggegerkan Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta beberapa pekan belakangan diduga dipengaruhi tradisi brandu. Tradisi brandu adalah gotong royong yang dilakukan warga untuk membantu pemilik ternak yang sakit atau mati.

Dalam tradisi brandu, warga mengumpulkan iuran untuk pemilik ternak yang sakit atau mati. Daging ternak yang sakit atau mati pun lalu dibagikan kepada warga yang mengumpulkan iuran.

“Itu (tradisi brandu) adalah salah satu yang membikin kita enggak berhenti-berhenti ada antraks,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul Retno Widyastuti dikutip Kompas.id, Rabu (5/7/2023).

Baca Juga: Sanggahan Dinas Kesehatan Gunungkidul tentang Jumlah Korban Meninggal Positif Antraks

Tradisi brandu disinyalir membuat Kabupaten Gunungkidul menjadi daerah endemi antraks. Kasus antraks dideteksi di daerah ini pada 2019 hingga 2023.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nuryani Zainuddin menyebut populasi ternak rawan antraks di Gunungkidul mencapai 357.351 ekor hewan ternak. Rinciannya 143.793 ekor sapi, 202.555 ekor kambing, dan 11 ribu ekor domba.

"Ketika daerah endemi antraks tidak dilakukan penanganan secara baik. Baik di tanah, lingkungan dan kesadaran masyarakat maka kasus antraks ini akan terus berlanjut," kata Nuryani dikutip Kompas TV, Jumat (7/7).

Kasus antraks terkini di Gunungkidul dideteksi setelah seorang warga Dusun Jati, Desa Candirejo, Kecamatan Semanu meninggal dunia di RS Sardjito pada 4 Juni lalu. Warga itu dideteksi positif antraks.

Pihak terkait pun segera melakukan tes serologi kepada 143 warga untuk mendeteksi penularan antraks. Hasilnya, 87 orang dinyatakan positif, tetapi sebagian besar tidak menunjukkan gejala.

Kepala Desa Candirejo Renik David Warisman mengaku bahwa ada warga setempat yang melakukan brandu sebelum antraks menyebar. Menurutnya, tradisi ini tetap dilakukan sebagai wujud simpati masyarakat terhadap tetangga yang kehilangan ternak.

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU