Jemaah Haji Indonesia Bersiap Pulang ke Tanah Air, Jangan Lupa Bagasi Koper akan Ditimbang
Humaniora | 30 Juni 2023, 11:01 WIBMEKKAH, KOMPAS.TV- Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1444 H/2023 M Subhan Cholid mengatakan, proses kepulangan jemaah haji Indonesia akan mulai berlangsung pada 4 Juli 2023.
Adapun saat ini jemaah haji Indonesia tengah menjalani fase puncak haji di Arafah - Muzdalifah - Mina. Fase ini akan berakhir pada 13 Zulhijah 1444 H/1 Juli 2023 M.
"Jemaah haji Indonesia kelompok terbang (kloter) pertama akan dipulangkan ke Tanah Air mulai 4 Juli 2023. Penimbangan koper akan dilakukan dua hari sebelum keberangkatan jemaah," kata Subhan Cholid usai memimpin rapat persiapan kepulangan jemaah di Daker Makkah, Kamis (29/6/2023).
"Jadi 2 Juli 2023 sudah dilakukan penimbangan barang," tambahnya dikutip dari laman resmi Kemenag.
Ia menerangkan, ada sejumlah ketentuan terkait barang bawaan yang harus dipahami jemaah. Subhan meminta maskapai penerbangan, baik Garuda Indonesia maupun Saudia Airlines, untuk secara masif melakukan sosialisasi terkait aturan itu.
Baca Juga: Jemaah Haji Telantar di Muzdalifah karena Panas dan Macet, Ketua Komisi VIII: Sudah Dievakuasi
"Selama ini, Kemenag sudah sejak awal memberikan pemahaman kepada jemaah tentang adanya ketentuan barang bawaan. Ada batas maksimal berat koper yang hanya 32kg. Ada juga sejumlah barang yang dilarang untuk dibawa," ujarnya.
"Karena ini ketentuan maskapai, saya minta pihak maskapai melakukan sosialisasi secara masif," lanjutnya.
Pemulangan jemaah haji dilakukan setelah mereka menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji. Jemaah yang akan pulang pada 4 Juli pekan depan, diimbau melakukan nafar awal. Sehingga proses mabit di Mina dan lontar jumrah selesai 30 Juni. Mereka selanjutnya melakukan tawaf ifadah.
"Nafar awal adalah jemaah yang mengambil pilihan untuk keluar dari Mina pada 12 Zulhijah sebelum terbenamnya matahari. Bagi jemaah yang akan tetap menginap sampai 13 Zulhijah, disebut Nafar Tsani," ucapnya.
Penyelenggaraan ibadah haji perdana untuk umat Islam di Indonesia setelah pandemi, diwarnai kabar jemaah haji terlantar.
Baca Juga: Suhu Panas Warnai Lempar Jumrah Ibadah Haji, 6.700 Jemaah Dirawat karena Kelelahan dan Heat Stroke
Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi membenarkan terjadinya ketelantaran jemaah haji sejak tadi pagi sampai menjelang siang, Rabu (28/6) di Muzdalifah.
Kondisi itu, kata Ashabul, terjadi suasana karena dua faktor. Yang pertama, memang cuaca yang sangat ekstrem, sangat panas. Kemudian yang kedua, keterlambatan evakuasi Jemaah Haji Indonesia dari Muzdalifa ke Mina.
"Tapi Alhamdulillah, sampai pukul 13.30 waktu Arab Saudi, seluruh jemaah yang ada di Muzdalifah sudah di evakuasi ke Mina. Walaupun tadi, sempat ada dua orang jemaah yang pingsang saat lagi menunggu ambulan. Keterlambatan ini diakibatkan karena terjadinya kemacetan yang sangat luar biasa, sehingga Jemaah yang mengangkut dari Muzdalifah ke Mina untuk kembali lagi mengambil Jemaah mengalami hambatan kemacetan yang luar biasa," ujar Ashabul saat memberikan klarifikasi di Media soal insiden wukuf di Muzdalifah, Mekkah, Arab Saudi, Rabu (28/6) dikutip dari dpr.go.id.
Ashabul menjelaskan, di Muzdalifah itu memang tidak ada pasokan makanan dan minuman.
"Kan memang di Muzdalifah itu sifatnya hanya mabit, sementara saja. Tetapi kemarin kami dari DPR sudah menyampaikan ke pihak Kementerian Agama agar mengantisipasi kemungkinan terjadinya darurat situasi di Muzdalifah. Tetapi yah, mungkin karena faktor mobilitas laulintas yang sangat padat, sehingga drop in minuman dan makanan itu agak terlambat," terangnya.
Baca Juga: Kisah Pak Harto Berangkat Haji, Ingin Datang sebagai Hamba Allah dan Tak Mau Dibiayai Negara
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PPIH Arab Saudi, Subhan Cholid, menjelaskan, sebenarnya di Muzdalifah itu memang tidak ada pasokan makanan dan minuman karena hanya melintas satu setengah malam.
"Kita bekali jemaah itu konsumsi ketika masih di Arafah. Jadi membawa bekalnya itu dari Arafah. Sehingga jemaah itu sudah membawa bekal masing-masing dari Arafah menuju ke Muzdalifah," katanya.
"Nah hari ini memang ada keterlambatan angkutan di Muzdalifah yang mestinya pagi-pagi jemaah itu sudah berada di Mina dan langsung diberikan sarapan di Mina. Tapi, penjemputan jemaah dari muzdalifah hari ini pukul 13.30 Waktu Saudi baru selesai diangkut dari Muzdalifah," imbuh Subhan lagi.
Ia pun juga tidak menampik, karena memang di Muzdalifah tidak dipersiapkan untuk distribusi konsumsi.
"Jadi kita sudah minta maksimal untuk memberikan konsumsi dan sarapan pagi di Muzdalifah. Tapi karena aktifitas lalu lintas terlampau padat, sehingga terjadi keterlambatan-keterlambatan," ujar Subhan.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Kemenag, dpr.go.id