Kisah Pak Harto Berangkat Haji, Ingin Datang sebagai Hamba Allah dan Tak Mau Dibiayai Negara
Humaniora | 28 Juni 2023, 10:09 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Perjalanan ibadah haji senantiasa menarik untuk diceritakan, terlebih bila hal itu dialami presiden kedua RI, Soeharto. Bahkan, kala itu cerita Pak Harto berangkat haji dikait-kaitkan dengan isu politik sebagai cara memperlihatkan kedekatan dan menarik simpatik kelompok Islam.
Namun di luar isu politik, perjalanan ibadah haji Pak Harto dan seluruh keluarga, yang berangkat pada 16 Juni 1991 mendapat sorotan di tanah air.
Rencana persiapan keberangkatan itu dijelaskan Menteri Agama Munawir Sjadzali kepada pers setelah melapor kepada Presiden Soeharto di Jl Cendana, tentang pelaksanaan pengiriman calon haji Indonesia tahun 1991.
Baca Juga: KOMPAS 20 Mei 1998, Pak Harto: Saya Ini Kapok Jadi Presiden
Munawir mengingatkan keberangkatan Pak Harto ke tanah suci bukan dalam kapasitasnya sebagai Presiden Indonesia, melainkan sebagai seorang hamba Allah SWT. Keluarga Soeharto tiba di Arab Saudi 17 Juni dan meninggalkan Saudi 26 Juni 1991.
Dalam buku "Perjalanan Ibadah haji Pak Harto", tercantum beberapa kesaksian, seperti "karena berhaji urusan pribadi, Soeharto menolak dibiayai negara. Dia juga tak mau Departemen Agama repot-repot mengurusi kepergiannya," tulis dalam buku tersebut.
Bahkan, seluruh Paspampres yang ikut dan rombongan pendukung pun dibiayai oleh Soeharto.
Dalam buku tersebut, termaktub pula pernyataan Mensesneg Moerdiono, yang mengatakan bahwa perjalanan ibadah haji Pak Harto dan keluarga tidak didampingi oleh seorang pun menteri.
"Bila ada menteri satu kloter dengan presiden, apakah satu kebetulan? Saya tidak bilang begitu," katanya.
Moerdiono menyebut, Pak Harto berangkat haji bersama Ibu Tien, seluruh anak dan menantu, Wismoyo Arismunandar dan nyonya, dua dokter pribadi, dua pengawal pribadi, empat pengawal khusus dan seorang fotografer pribadi.
Penulis : Iman Firdaus Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV