Kisah Iptu Junaedi, Polisi yang Tak Pernah Pulang saat Lebaran Demi Atur Lalu Lintas Mudik
Humaniora | 23 April 2023, 16:50 WIBUsai menyelesaikan pendidikan SMP, Junaedi remaja mencoba peruntungan di Jakarta dan menjalani pendidikan tingkat atas di SMA 14 Cawang Jakarta Timur.
Saat tinggal bersama kakak tertua di Jakarta, Junaedi sempat menganggur selama satu tahun selepas lulus dari SMA. Ia kemudian memanfaatkan waktu untuk berjualan sepatu di kawasan kaki lima dekat Gardu Induk PLN Cawang.
"Saya jualan di situ, berteriak-teriak manggil-manggil setiap orang yang lewat," kenangnya.
Kala itu, ia juga kerap membantu usaha salah seorang kakak sepupu yang berprofesi sebagai penjahit pakaian. Kakak sepupunya itu sering mendapatkan pesanan dari para anggota Asrama Brimob Petamburan Jakarta Pusat.
Baca Juga: Kisah Mbah Pur Mudik Demak-Yogyakarta Pakai Sepeda Kumbang di Usia 70 Tahun
Suatu hari, kakak sepupu Junaedi iseng bertanya kepada salah seorang anggota polisi mengenai kemungkinan si adik sepupu menjajal karier di dunia Bhayangkara.
"Saya disuruh mendaftar kalau ada pembukaan. Saking bersemangat, saya antre mengambil nomor di kantor Polda sejak pukul 12 malam dan baru mendapatkan nomor pukul 11 siang," katanya sambil tertawa.
Rupanya, rezeki dan alur kehidupan Junaedi memang ditakdirkan di Korps Bhayangkara. Usai mengikuti berbagai tes, Junaedi dan sekitar 600 orang lainnya diterima untuk menjalani serangkaian pendidikan dan pelatihan.
"Zaman itu, pendidikan sekitar 11 bulan ditambah praktik jadi genap satu tahun. Karena daya tampung (pusat pendidikan) di Lido cuma 400 orang, maka saya dikirimkan ke Porong, Surabaya, bersama dua ratusan orang lainnya. Dari jumlah itu, yang balik ke Jakarta cuma 21 orang, termasuk saya," paparnya.
Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) menjadi wilayah kedinasan pertama Junaedi. Setelah naik pangkat menjadi sersan satu senior menjelang sersan kepala, ia dipindahkan ke Polres Jakarta Timur selama dua tahun. Setelah itu, pelayanan kepada negara berpindah ke Polsek Duren Sawit hingga saat ini.
Iptu Junaedi mengaku tak pernah terpikir untuk menjadi seorang abdi negara di kepolisian. Menurutnya, saat masih kecil, ia malah tidak memiliki cita-cita karena di kampungnya tidak banyak orang dengan profesi yang beragam.
"Pegawai negeri sipil saja jarang sekali di kampung saya waktu itu. Akan tetapi, sekarang di kampung saya sudah banyak guru dan ada dua orang polisi," ungkapnya.
Baca Juga: Kisah Para Porter di Stasiun: Ada yang Sudah 26 Tahun, Dibayar Seikhlasnya
Kunjungi kakak dan adik sebagai pengobat rindu
Sebagai pengobat rasa rindu sekaligus menjaga silaturahmi, Iptu Junaedi tak lupa mengunjungi sang kakak yang memiliki usaha garmen rumahan di bilangan Bekasi dan adik yang menjadi seorang pedagang.
"Selalu saya yang mendatangi mereka karena kalau sebaliknya, seringkali kami tidak bertemu karena saya pasti sedang bertugas," pendeknya.
Lagi pula berkat kemajuan zaman, Iptu Junaedi bersyukur bahwa perkembangan teknologi saat ini memungkinkan setiap orang untuk melepaskan rindu lewat panggilan telepon video.
"Hari ini saya sempat video call dengan saudara-saudara di kampung. Mereka tanya kenapa saya tidak pulang, saya jelaskan masih bertugas. Dari seragam yang saya kenakan, mereka sudah tahu kalau saya tidak akan mudik," katanya mengulum senyum.
Iptu Junaedi paham betul bahwa momentum libur Lebaran adalah saat paling tepat melepaskan kerinduan kepada sahabat-sahabat masa kecilnya.
"Rasa kangen ibarat pepatah walau hujan emas di negeri orang, tapi tetap lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Ada keinginan dan kerinduan bertemu dengan teman-teman yang hanya terobati saat libur Lebaran," tandas Iptu Junaedi.
Baca Juga: Kisah Masinis Kereta: Diprotes Selalu Absen Lebaran Keluarga, Kini Didoakan Antar Selamat Pemudik
Meski selama 35 tahun mengabdi dan hanya dua kali mengambil cuti untuk pulang ke kampung halaman, Junaedi tetap mengikat sikap setia bahwa tugas negara jauh lebih penting ketimbang urusan pribadi.
"Setiap bertugas selalu dibawa senang. Memang cukup sedih ketika Hari-H Lebaran tidak bisa berkumpul atau hadir kalau ada masalah di keluarga. Akan tetapi alhamdulillah, keluarga memahami bahwa itu adalah risiko pekerjaan," tutupnya.
Dedikasi Junaedi selama puluhan tahun itu membawa banyak orang merasa aman dan nyaman di jalan. Sikap hormat dan senyum tulus pengguna jalan ketika bertatap muka dengannya merupakan bisikan doa kebaikan baginya.
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Antara