> >

Kisah Iptu Junaedi, Polisi yang Tak Pernah Pulang saat Lebaran Demi Atur Lalu Lintas Mudik

Humaniora | 23 April 2023, 16:50 WIB
Kepala Pos Pelayanan Lebaran 2023 Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Timur, Iptu Junaedi Effendi, menjaga arus mudik Lebaran 2023 di wilayah kerjanya, Minggu (23/4/2023). (Sumber: Kompas TV/Antara)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Berbekal perangkat komunikasi gelombang radio yang melekat dalam genggaman, seorang polisi berdiri tegak di simpang metropolitan di sudut ibu kota.

Setiap pagi hingga malam, polisi bernama Junaedi Effendi itu mengawasi laju kendaraan yang melintas dengan penuh kecermatan.

Pria bergelar Inspektur Polisi Satu (Iptu) itu mengaku tak pernah pulang pada hari pertama Idulfitri setiap tahun, sejak lima tahun terakhir.

"Hari ini saya belum sempat pulang ke rumah sejak semalam karena ada kunjungan dari para petinggi. Hari pertama Idulfitri setiap tahun, saya selalu sedang bertugas di lapangan," kata Iptu Junaedi, Minggu (23/4/2023) dilansir dari Antara.

Iptu Junaedi merupakan sosok yang bertanggung jawab sebagai Kepala Pos Pelayanan Lebaran 2023 Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Timur, Kepolisian Sektor (Polsek) Duren Sawit.

"Hampir lima tahun saya menjadi Kepala Pos di sini, dari libur Lebaran, Iduladha, Natal, dan Tahun Baru, selalu siap melayani masyarakat," ujarnya.

Selama lima belas hari sepanjang arus mudik-arus milir libur Lebaran 2023 kali ini, sosok kelahiran 6 Juni tersebut mendapatkan tugas untuk memastikan kelancaran dan keamanan arus lalu lintas yang menjadi wilayah kerjanya.

Iptu Junaedi Effendi mengatur lalu lintas di Pos Pelayanan Lebaran 2023 Polres Metro Jakarta Timur, Polsek Duren Sawit, Sabtu (22/4/2023). (Sumber: Kompas TV/Antara)

Baca Juga: Kisah Satpam Kompleks yang Jaga Rumah saat Lebaran: Sepi Layaknya Kuburan, Tak Bisa Kumpul Keluarga

"Kalau ditanya ingin mudik atau tidak, kangen keluarga atau tidak, tentu saja jawabannya kangen dan ingin pulang kampung," katanya sambil tersenyum.

Iptu Junaedi nyaris tak pernah pulang kampung ke tanah kelahirannya di Kecamatan Kampung Dalam, Kabupaten Pariaman, Sumatera Barat, setiap kali takbir menggema sebagai penanda berakhirnya bulan Ramadan.

Sebagai prajurit, ia harus selalu siap kala mendapatkan penugasan apa pun dan di mana pun. Mengabdi di kepolisian sejak tahun 1987, bapak lima anak dan empat cucu tersebut mengingat hanya dua kali ia sempat melepaskan rindu dengan anggota keluarga yang ada di Pariaman.

"Pertama pulang kampung ketika ada gempa di Padang tahun 2009, kalau tidak salah. Itu pun tidak bisa disebut cuti resmi karena saya ke sana akibat keadaan darurat, sedangkan cuti resmi pulang kampung ya empat tahun lalu, sebelum COVID-19," ungkapnya.

Sebagai abdi negara, Iptu Junaedi juga merasakan sedih dan sempat ingin menangis karena tak bisa menemui orang tuanya pada momen hari raya, baik Idulfitri maupun Iduladha. Rasa rindu itu memuncak terutama saat orang tuanya masih hidup dan berada di dunia ini.

"Sebelum orang tua meninggal, rasa rindu itu sangat besar. Apalagi ketika mendengar suara gema takbir di mana-mana, tentu sedih. Akan tetapi mau menangis, ya kita ini kan prajurit," kata laki-laki yang bergelar sarjana hukum dari Universitas Bung Karno pada 2014 itu.

Baca Juga: Kisah Pemudik yang Ingin Terlihat Sukses di Kampung Halaman, Rela Sewa Motor hingga Mobil

Saat mudik terakhirnya pada 2019, lelaki yang pernah menjadi bagian Samapta Bhayangkara (Sabhara) tersebut hanya mengajak sang istri mengunjungi kakak sepupu dan saudara-saudara perempuannya di Kampung Dalam. 

Mengobati rasa rindu yang belum terbayar sejak sepuluh tahun sebelumnya, Iptu Junaedi memutuskan terbang ke kampung halaman dan menghabiskan waktu 10 hari di kampung.

"Saya mendapatkan cuti enam hari, namun komandan saya memberikan tambahan hari karena bisa memahami bahwa saya sangat jarang kembali ke kampung selama bertahun-tahun," jelasnya.

Iptu Junaedi hanya dua kali mengambil cuti pulang kampung selama puluhan tahun sejak pertama kali menjadi anggota polisi pada 1987.

"Ya, kalau mengajak liburan keluarga sesekali pernah juga untuk jarak dekat, misalnya, jalan-jalan ke Taman Mini Indonesia Indah. Selebihnya, lebih banyak waktu untuk bertugas, jarang sekali ambil cuti," tandas pria yang mengikuti pendidikan Perwira dan lulus pada 2016 ini.

Perjuangan hidup Iptu Junaedi dari anak petani jadi anggota Polri

Junaedi memutuskan merantau ke Medan, Sumatera Utara saat berusia 12 tahun. Ia adalah anak ketiga dari empat laki-laki bersaudara dari keluarga petani.

Ia menyelesaikan masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Medan dengan menumpang hidup bersama sang kakak. 

Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Antara


TERBARU