Pakar Ungkap 3 Hal Penting Mitigasi Gempa Bumi: Konstruksi Bangunan hingga Pendidikan Masyarakat
Update | 23 November 2022, 14:12 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar kegempaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja menyebutkan, setidaknya ada tiga langkah mitigasi bencana gempa bumi.
Pertama, membangun rumah tahan gempa. Ia menyebut, kebanyakan rumah di Indonesia tidak dipersiapkan untuk konstruksi tahan gempa. Bahkan, banyak juga rumah yang tidak memenuhi standar umum.
"Banyak rumah-rumah yangg dibangun malah tidak memenuhi standar yang umum juga, sehingga lemah sekali strukturnya. Jadi kalau digoyang (gempa) yang tidak keras pun sudah bisa roboh," ujarnya, Rabu (23/11/2022).
Menurut Danny, bagi masyarakat yang sudah terlanjur membangun rumah tanpa konstruksi tahan gempa, sebaiknya mengenali rumahnya dengan baik. Artinya, tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana alam, termasuk gempa bumi.
"Paling tidak yang punya rumah lebih tahu, lebih kenal rumahnya kalau misalnya terjadi gempa, kemudian rumahnya roboh dia harus ngapain," tutur Profesor Riset bidang Geologi Gempa dan Kebencanaan di Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian itu.
"Apakah lari ke luar atau ada bagian rumah yang sengaja diperkuat, sehingga dia bisa berlindung di situ supaya lebih aman, ada banyak trik lah kalau memang itu dilakukan," ujarnya.
Baca Juga: Pakar Gempa Bumi LIPI Ungkap Penyebab Gempa Cianjur Timbulkan Banyak Korban Jiwa
Kedua, memperbaiki tata ruang agar masyarakat tidak membangun rumah di wilayah rawan bencana. Ia mengimbau masyarakat untuk menghindari jalur patahan atau zona rawan gempa dan longsor sebagai lokasi rumah.
"Jadi kita jangan membangun di wilayah yang sudah dipelajari rawan bencana, rawan gempa. Misalnya tidak membangun rumah di jalur patahannya atau jangan membangun rumah di zona rawan longsor," tutur Danny.
Denny melihat bahwa wilayah terdampak gempa Cianjur pada Senin (21/11/2022) paling parah berada di sekitar lereng Gunung Gede. Wilayah lereng, kata dia, berarti ada ketidakstabilan tanah akibat dari kemiringan tanah. Hal itu diperparah ketika memasuki musim hujan.
"Sekarang ini lagi musim hujan juga, sehingga memperparah kondisi, dalam artian tanahnya bisa lebih mudah bergerak, longsor, gerakan tanah, dan itu kan terjadi ya," ujarnya.
Bencana longsor yang terjadi, kata Denny, disebabkan oleh dua faktor, yakni gempa dan hujan di wilayah tersebut.
Ketiga, pendidikan masyarakat. Menurut Danny, pendidikan masyarakat juga tak kalah penting dalam mitigasi bencana gempa bumi.
Baca Juga: Pakar Gempa Bumi Tegaskan Tak Ada Alat Prediksi Gempa, Pastikan Isu Viral Gempa Besar Susulan Hoaks
"Jadi meningkatkan pemahaman masyarakat tentang proses gempa itu sebetulnya apa, terus apa yang harus dilakukan sebelum gempa dan ketika gempa," ungkap penerima gelar doktor dari California Institute of Technology itu.
Menurutnya, pendidikan tentang gempa akan melindungi masyarakat dari hoaks yang banyak beredar pascagempa.
Sebagaimana telah diberitakan KOMPAS.TV sebelumnya, gempa magnitudo 5,6 mengguncang wilayah Cianjur dan sekitarnya pada Senin (21/11/2022). Gempa tersebut juga dirasakan masyarakat di wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Ribuan masyarakat mengungsi dan ratusan warga dilaporkan meninggal dunia serta luka-luka akibat tertimpa bangunan yang runtuh. Hingga Rabu (23/11/2022) tim gabungan masih mencari sejumlah warga yang dilaporkan hilang dan tertimpa bangunan.
Baca Juga: Anggota DPR Tertawakan Kepala BMKG Masuk Meja saat Gempa Disorot, Ini 7 Langkah Penting Lainnya
Penulis : Nadia Intan Fajarlie Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV