> >

Waspada Gagal Ginjal Akut, Orangtua Sebaiknya Catat Jenis dan Tanggal Obat yang Diminum Anak

Kesehatan | 26 Oktober 2022, 10:50 WIB
Guru Besar bidang Farmakologi dan Farmasi Klinis Fakultas Farmasi UGM Zullies Ikawati. (Sumber: ugm.ac.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Zullies Ikawati menyarankan, agar para orang tua membiasakan mencatat nama dan tanggal obat yang dikonsumsi anak, guna memudahkan dalam pemeriksaan jika anak sakit.

“Mulai biasakan mencatat obat yang diminum anak kita, mereknya apa, kapan diminumnya, karena nanti jika ada suatu kejadian yang tidak diinginkan dan diduga karena obat maka catatannya ada,” kata Zulies dalam diskusi virtual "IDI Menjawab", seperti dikutip dari Antara, Selasa (25/10/2022).

Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan masih melakukan penelitian lebih lanjut terkait dugaan obat sirop dengan kandungan Etilen Glikol (EG) dan Ditilen Glikol (DEG) yang menjadi penyebab lonjakan signifikan pada kasus gagal ginjal akut pada anak.

 

Namun, dari sebagian pasien gagal ginjal akut, Kemenkes menemukan bahwa pasien anak tersebut mengonsumsi obat dengan kandungan EG dan DEG. Di sisi lain, ada juga orang tua yang mengaku bahwa anaknya yang menderita gagal ginjal akut tidak mengonsumsi obat sirop yang terdapat kandungan EG dan DEG.

Baca Juga: Kemenkes Pesan Obat Gagal Ginjal Akut dari Amerika dan Jepang, Selain dari Singapura dan Australia

“Maka catatlah obat yang diminum karena memudahkan kita menelusuri. Kadang-kadang ketika ditanya suka lupa dan sudah dibuang obatnya. Ini momentum kita aware dan peduli pada obat yang diminum,” ujar Zullies.

Ia juga meminta orang tua tidak berlebihan dalam memberikan multi vitamin kepada anak, termasuk vitamin yang berbentuk sirop.

Menurutnya, vitamin merupakan suplemen tambahan yang hanya diberikan jika tubuh kekurangan vitamin tersebut. Penambahan vitamin pun juga tidak harus dari vitamin, namun bisa mengandalkan sayur dan buah.

“Kalau makannya sudah bergizi apalagi bayi masih ASI, itu tidak perlu diberikan vitamin, bisa diperoleh dari bahan alami juga seperti buah dan sayur. Kalau memang tidak sangat krusial dan dalam kondisi biasa, tidak harus tiap hari minum multi vitamin sirop,” tutur Zullies.

Mengurangi konsumsi obat sirup juga bisa dilakukan dengan memberikan obat puyer kepada anak. Ia menuturkan bahwa obat puyer biasanya sudah diberi pemanis agar anak tidak terlalu merasakan pahit ketika mengonsumsinya.

Baca Juga: Ombudsman Minta Pemerintah Segera Tetapkan Kasus Gagal Ginjal Akut Sebagai KLB

Orang tua juga bisa menambahkan sedikit air gula atau madu agar anak-anak mau mengonsumsi obat puyer.

“Kalau mau ditambah dengan air gula tidak apa-apa karena tidak berdampak terlalu signifikan. Susu juga bisa tapi harus dilihat dulu obatnya berinteraksi dengan susu,” ujarnya.

Salah satu anak yang meninggal karena gagal ginjal akut namun tak pernah meminum obat sirup, adalah bayi ET di Bantul, Yogyakarta. Bayi tersebut meninggal pada 25 September lalu, setelah mulai demam pada 16 September.

Mengutip dari Kompas.com, ayah bayi tersebut, Yusuf Maulana (44) menceritakan anaknya baru berusia 7 bulan 2 hari saat meninggal dunia. Bayi dengan inisial ET merupakan anak kelima yang lahir normal 23 Februari 2022.

Yusuf mengatakan, anaknya sudah divaksin dasar mengikuti aturan pemerintah, grafik pada tabel Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berisi berat-tinggi badan dan lingkar kepala menunjukkan tanda baik, dan sebelumnya tidak pernah sakit.

Baca Juga: BPOM Medan Segel Produk Jadi dan Bahan Baku Perusahaan Farmasi yang Produksi Sirop Unibebi

Namun jarak dari ET mulai demam sampai meninggal dunia hanya 9 hari.

"Anak saya dipanggil (meninggal) pada 25 September. Termasuk kasus yang sangat cepat," kata Yusuf kepada Kompas.com.

Ia menuturkan, anaknya hanya mengkonsumsi ASI dan makanan pendamping asi (MPASI) saat berusia 6 bulan. Istri Yusuf yang membuat sendiri MPASI nya dan sesekali  ET mengonsumsi MPASI dengan merek umum.

Pada 16 September pagi, ET masih sehat dan dibawa ibunya berkegiatan di sekitar rumah. Namun pulangnya, bayi mungil itu mulai demam. Yusuf memperhatikan tatapan anaknya juga mulai kosong pada 17 September.

Ia juga merasa volume air kencing bayinya menurun dan mereka berpikir karena produksi ASI sang ibu sedang tidak banyak. ET juga mengalami kejang.

Baca Juga: Guru Besar Farmasi UGM: Jika Telanjur Konsumsi Etilon Glikol, Banyak Minum Air Putih

"Belum ada gejala kejang yang panjang. Jadi, kami anggap ini deman biasa tertular sama kakak-kakaknya," ujar Yusuf.

Pada 18 September, kejang yang dialami ET mulai meningkat namun masih mau mengonsumsi MPASI. Intensitas kejang juga semakin panjang sampai 19 September dan MPASI masih tetap lahap.

Karena mengira anaknya dehidrasi, Yusuf pun memberi ET susu formula untuk pertama kalinya saat itu.

"Anak kami hanya mencret hari Senin jam 3 sore kali pertama dikasih sufor," ucapnya.

Yusuf dan istri pun akhirnya membawa ET ke klinik dekat rumah mereka di hari yang sama. Oleh dokter di klinik lalu disarankan ibawa ke rumah sakit. ET kemudian dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, karena jaraknya relatif dekat.

Kondisi ET terus menurun dan dokter menyebut fungsi paru-paru anaknya menurun. Yusuf lalu disarankan membawa ET ke RSUP dr Sardjito yang memiliki fasilitas lebih lengkap.

Baca Juga: Kemenkes Izinkan Tenaga Kesehatan Resepkan 156 Obat Sirup yang Aman

Tapi karena PICU masih mengantre, ET dibawa ke PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Di sana ET dirawat di inkubator. Pada 20 September 2022 akhirnya ET dibawa ke RSUP Dr Sardjito.

Di RSUP itu, kondisi ET terus menurun  dan ternyata sejumlah organ sudah menurun fungsinya.

"Anak saya paru dulu, tapi sisanya kena semua, liver, saraf, dan pastinya ginjal. Dokter lumayan kooperatif saat menangani anak saya. Dokternya ada dokter saraf, dokter organ dalam, dokter anak," ungkap Yusuf.

Ia teringat tubuh kecil bayinya dipasangi sejumlah alat bantu dan sang anak sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia pada 25 September 2022.

Rumah sakit mendiagnosa penyakitnya adalah acute kidney injury (AKI) atau gagal ginjal akut. Setelah ET meninggal, rumah sakit dr. Sardjito menelusuri riwayat penyakit keluarganya. Yusuf menyebut keluarganya tidak ada riwayat Covid-19, dan tidak mengkonsumsi sirup paracetamol.

"Ibunya saja yang kalau dikaitkan parasetamolnya berupa tablet. Itu pun juga sebelum tanggal 16 September. Obat-obatan tidak pernah. Riwayat keluarga besar kami alhamdulillah bagus tidak ada penyakit ginjal dan sebagainya. Dan dokter menyatakan secara fair ini misterius," kata Yusuf.

"Secara umum seperti itu sangat cepat banget ininya menyerangnya. Itu saya kira jam demi jam itu sangat berharga karena penurunannya drastis banget," ucapnya.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Antara


TERBARU