> >

Waspada Gagal Ginjal Akut, Orangtua Sebaiknya Catat Jenis dan Tanggal Obat yang Diminum Anak

Kesehatan | 26 Oktober 2022, 10:50 WIB
Guru Besar bidang Farmakologi dan Farmasi Klinis Fakultas Farmasi UGM Zullies Ikawati. (Sumber: ugm.ac.id)

Namun jarak dari ET mulai demam sampai meninggal dunia hanya 9 hari.

"Anak saya dipanggil (meninggal) pada 25 September. Termasuk kasus yang sangat cepat," kata Yusuf kepada Kompas.com.

Ia menuturkan, anaknya hanya mengkonsumsi ASI dan makanan pendamping asi (MPASI) saat berusia 6 bulan. Istri Yusuf yang membuat sendiri MPASI nya dan sesekali  ET mengonsumsi MPASI dengan merek umum.

Pada 16 September pagi, ET masih sehat dan dibawa ibunya berkegiatan di sekitar rumah. Namun pulangnya, bayi mungil itu mulai demam. Yusuf memperhatikan tatapan anaknya juga mulai kosong pada 17 September.

Ia juga merasa volume air kencing bayinya menurun dan mereka berpikir karena produksi ASI sang ibu sedang tidak banyak. ET juga mengalami kejang.

Baca Juga: Guru Besar Farmasi UGM: Jika Telanjur Konsumsi Etilon Glikol, Banyak Minum Air Putih

"Belum ada gejala kejang yang panjang. Jadi, kami anggap ini deman biasa tertular sama kakak-kakaknya," ujar Yusuf.

Pada 18 September, kejang yang dialami ET mulai meningkat namun masih mau mengonsumsi MPASI. Intensitas kejang juga semakin panjang sampai 19 September dan MPASI masih tetap lahap.

Karena mengira anaknya dehidrasi, Yusuf pun memberi ET susu formula untuk pertama kalinya saat itu.

"Anak kami hanya mencret hari Senin jam 3 sore kali pertama dikasih sufor," ucapnya.

Yusuf dan istri pun akhirnya membawa ET ke klinik dekat rumah mereka di hari yang sama. Oleh dokter di klinik lalu disarankan ibawa ke rumah sakit. ET kemudian dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, karena jaraknya relatif dekat.

Kondisi ET terus menurun dan dokter menyebut fungsi paru-paru anaknya menurun. Yusuf lalu disarankan membawa ET ke RSUP dr Sardjito yang memiliki fasilitas lebih lengkap.

Baca Juga: Kemenkes Izinkan Tenaga Kesehatan Resepkan 156 Obat Sirup yang Aman

Tapi karena PICU masih mengantre, ET dibawa ke PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Di sana ET dirawat di inkubator. Pada 20 September 2022 akhirnya ET dibawa ke RSUP Dr Sardjito.

Di RSUP itu, kondisi ET terus menurun  dan ternyata sejumlah organ sudah menurun fungsinya.

"Anak saya paru dulu, tapi sisanya kena semua, liver, saraf, dan pastinya ginjal. Dokter lumayan kooperatif saat menangani anak saya. Dokternya ada dokter saraf, dokter organ dalam, dokter anak," ungkap Yusuf.

Ia teringat tubuh kecil bayinya dipasangi sejumlah alat bantu dan sang anak sudah tidak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal dunia pada 25 September 2022.

Rumah sakit mendiagnosa penyakitnya adalah acute kidney injury (AKI) atau gagal ginjal akut. Setelah ET meninggal, rumah sakit dr. Sardjito menelusuri riwayat penyakit keluarganya. Yusuf menyebut keluarganya tidak ada riwayat Covid-19, dan tidak mengkonsumsi sirup paracetamol.

"Ibunya saja yang kalau dikaitkan parasetamolnya berupa tablet. Itu pun juga sebelum tanggal 16 September. Obat-obatan tidak pernah. Riwayat keluarga besar kami alhamdulillah bagus tidak ada penyakit ginjal dan sebagainya. Dan dokter menyatakan secara fair ini misterius," kata Yusuf.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Antara


TERBARU