> >

Satgas IDI Ungkap Dugaan Penyebab Hepatitis Misterius yang Serang Anak-anak

Kesehatan | 3 Mei 2022, 07:00 WIB
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban berbicara soal Hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak. (Sumber: KOMPAS.com/SANIA MASHABI)

JAKARTA, KOMPAS.TV -  Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban turut menyoroti terkait penyakit hepatitis akut misterius yang belakangan ini menjadi bahasan hangat di suluruh dunia.

Pasalnya, hepatitis akut ini telah menginfeksi ratusan anak-anak di 12 negara, bahkan penyakit tersebut juga sudah masuk di Indonesia dan diduga telah merenggut nyawa tiga anak. 

"Hepatitis misterius pada anak-anak jadi bahasan hangat belakangan ini di seluruh dunia. Seratusan kasus dilaporkan, termasuk tiga anak di Indonesia yang meninggal. Apa yang sebenarnya terjadi?," kata Zubairi dalam cuitannya di akun Twitter miliknya @ProfesorZubairi, Senin (2/5/2022). 

Disebutnya, saat ini para ahli termasuk di Indonesia, sedang menyelidiki terkait penyebab dari hepatitis akut  ini. Dua dugaan awal yang muncul adalah adenovirus 41 dan SARS-CoV-2.

"Sebagian ketemu Adenovirus 41, sebagian ketemu SARS-CoV2, sebagian kombinasi dua virus itu, dan masih mungkin dipicu penyebab lain," ujarnya.

Untuk diketahui, Adenovirus merupakan virus umum yang sebabkan berbagai penyakit: pilek, demam, sakit tenggorokan, bronkitis, pneumonia, dan diare.

Kendati demikian, Zubairi menyebut, Adenovirus 41 belum pernah terkait dengan hepatitis, dan patogen umum ini, kata dia, biasanya bisa sembuh sendiri.

Baca Juga: Waspada! Kemenkes Sebut 3 Anak Meninggal karena Hepatitis Akut Misterius, Ini Gejalanya

Seberapa serius hepatitis akut misterius?

Menurut Zubairi penyakit ini sangat serius, karena telah merenggut nyawa beberapa anak.

"Bahkan 10 dari 145 pasien dengan hepatitis akut ini memerlukan transplantasi hati (di Inggris)," ungkap Zubairi.

Lebih lanjut dia memaparkan perlu ada tes yang memastikan untuk mendiagnosis hepatitis akut misterus ini.

Namun yang pasti, kata dia, syaratnya adalah pasien harus negatif terhadap virus hepatitis A, B, C, D, E dan dengan kadar enzim transaminase lebih dari 500 unit per liter.

"Siapa saja yang terinfeksi? Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), rentang usia pasien yang diidentifikasi sejauh ini antara bayi berusia satu bulan hingga remaja berusia 16 tahun," jelasnya.

Untuk gejalanya, Zubairi mengatakan, sebagian besar anak-anak ini mengalami masalah gastrointestinal terlebih dahulu, diikuti penyakit kuning.

"Tes laboratoriumnya juga menunjukkan tanda-tanda peradangan hati parah. Sebagian besar anak tidak mengalami demam," ucapnya.

Kemudian, jika dikaitkan dengan vaksin Covid-19, dia menegaskan bahwa hipotesis ini tidak didukung data, pasalnya sebagian besar anak-anak yang terkena hepatitis misterius ini justru belum menerima vaksinasi Covid-19.

Baca Juga: Hepatitis Akut Sudah Masuk Indonesia, Ketahui Pencegahan dan Gejala yang Mirip Sakit Kuning

 

Penulis : Isnaya Helmi Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU