Pengamat UIN Jakarta: Wajar Gibran dan Risma Masuk Bursa Pilgub DKI
Politik | 8 Januari 2022, 15:31 WIB
JAKARTA, KOMPAS.TV - Pada Oktober 2022 mendatang, masa jabatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakilnya Ahmad Riza Patria bakal berakhir.
Namun, Pilkada Jakarta berikutnya baru akan dimulai pada 2024 yang akan digelar serentak dengan daerah-daerah lain.
Meski masih jauh, namun sejumlah nama sudah digadang-gadang bakal mengikuti konstestasi Pilkada DKI 2024.
Dua nama yang yang santer terdengar adalah Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini (Risma) dan Wali Kota Solo yang juga putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menyatakan munculnya nama Risma dan Gibran bukanlah hal yang baru.
Ia menilai sebagai hal yang wajar jika seandainya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyebut-nyebut nama dua kadernya tersebut.
Baca Juga: Selain Risma dan Gibran, Ada 4 Nama yang Disiapkan PDIP Buat Pilkada DKI Jakarta 2024
Menyangkut nama Risma misalnya, Adi mengatakan memang sudah lama selalu diproyeksikan untuk menjabat sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta.
Menurut catatannya, mantan Walikota Surabaya itu pernah mengemuka juga dan disebut-sebut bakal dicalonkan PDIP di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Saat itu bahkan sudah muncul tim relawan untuk mendukung Risma.
"Kita tahu Risma selalu diproyeksikan jadi orang yg sangat layak pantas duduk di DKI 1," kata Adi Prayitno, dalam video kepada KOMPAS.TV, Sabtu (8/1/2022).
Baca Juga: Hasto Ungkap Calon Gubernur DKI Pengganti Anies dari PDIP: Ada Gibran hingga Risma
Sementara terkait Gibran Rakabuming, namanya juga disebut-sebut karena dianggap pantas mengikuti jejak sang ayah, Presiden Joko Widodo.
Seperti diketahui, sebelum menjadi Presiden, Jokowi pernah menjadi walikota Solo, kemudian pada 2012 mengikuti Pilkada DKI Jakarta dan menjadi orang nomor satu di Ibu Kota.
"Dia dinilai (Gibran) sebagai orang yang pantas menapaki jejak langkah Joko Widodo dari Solo ke Jakarta dan Istana," paparnya.
Menurut Adi Prayitno, variabel-variabel yang ada pada Risma dan Gibran itulah yang kemudian cenderung membuat PDIP kembali memasukan nama mereka di dalam bursa.
Apalagi, Risma dan Gibran juga termasuk pejabat publik yang cukup dikenal dan populer.
"Variabel-variabel ini , kenapa PDIP relatif memasuki Risma dan Gibran karena cukup dikenal dan populer dan bakal menyemarakan Pilgub DKI Jakarta 2024," ujarnya.
Baca Juga: Sekjen PDIP Sebut Jokowi akan Pilih Pj Gubernur yang Kebijakannya Senafas dengan Pemerintah Pusat
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan partainya memiliki banyak stok kader berkualitas, baik dari sisi konseptual maupun dalam pengalaman bekerja, untuk dimajukan dalam Pilkada 2024, termasuk untuk DKI Jakarta.
Kata Hasto, melalui mekanisme kaderisasi, PDIP secara sistemik telah mempersiapkan calon-calon pemimpin, siapa nantinya yang akan ditugaskan di Jakarta. Namun skala prioritas saat ini adalah konsolidasi ke dalam.
"Terus memperkuat gerak kepartaian untuk rakyat," ujar Hasto.
PDIP juga mendengarkan aspirasi rakyat agar gambaran kepemimpinan yang ideal sebagaimana yang dulu ditunjukkan Jokowi, Ahok, dan Djarot Saiful Hidayat, nanti dapat dilanjutkan untuk menyongsong tantangan DKI ke depan.
Sebab PDIP menyadari Jakarta masih menghadapi berbagai persoalan seperti banjir yang belum terselesaikan. Atau tata kota yang bisa membuat seluruh warga DKI Jakarta merasa 'at home' dan mendapat kehidupan yang layak.
Ketika ditanya apakah yang disiapkan itu Tri Rismaharini dan Gibran Rakabuming, Hasto lalu menjawab begini. Yang pertama, Risma telah membuktikan kepemimpinannya selama dua periode di Surabaya. Risma telah melakukan perubahan signifikan seperti merawat lingkungan hingga tata kota.
"Bu Risma dalam kepemimpinan selama 2 periode di Kota Surabaya mampu menunjukkan perubahan yang signifikan perubahan secara kultur. Sehingga masyarakat Surabaya, kita lihat sekarang merawat lingkungan dengan baik melakukan tata kota yang mencerminkan keindahan kota Surabaya," kata Hasto.
Sementara Gibran masih perlu membuktikan kepemimpinannya di Solo, seperti yang dilakukan Risma.
Kata Hasto, Gibran banyak meminta ilmu kepada Risma dalam memimpin Solo.
"Mas Gibran, beliau sudah terpilih sebagai Walikota Solo tentu saja harus juga membuktikan bagaimana kepemimpinan Mas Gibran agar kepemimpinan yang ideologis yang mengedepankan juga kultur nusantara, serta mampu membawa perubahan secara sistemik sebagaimana telah dilakukan oleh Bu Risma juga dapat dilakukan oleh Mas Gibran," tandas Hasto.
Penulis : Vidi Batlolone Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV