> >

Wawancara Gus Yahya (Bagian 3-Habis): Politik Identitas NU Tidak Mau, Ngajak Istighotsah Mau Kita

Wawancara | 20 Desember 2021, 16:11 WIB
Gus Yahya dalam sebuah acara. Gus Yahya menilai, keliru anggapan NU menjauh dari Habaib (Sumber: Dokumentasi PBNU)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau biasa disapa Gus Yahya, memberikan komentar tudingan beberapa pihak yang menganggap PBNU saat ini menjaga jarak dengan para Habaib.

Habaib adalah istilah yang merujuk pada para ulama yang memiliki garis keturunan Nabi. Mereka juga kerap jadi rujukan masyarakat. 

Bagi Gus Yahya, tudingan itu jelas keliru besar. Bagi sosok kelahiran Rembang 16 Februari 1966., NU selalu dekat dengan para Habaib.

Gus Yahya yang mencalonkan diri jadi ketua PBNU dalam gelaran Muktamar ke-34 di Lampung 22-23 Desember mendatang menjelaskan lebih lanjut soal hubungan NU dengan Habaib dan politik identitas yang kerap muncula akhir-akhir ini. 

Baca Juga: Wawancara Gus Yahya (Bag-2): Dalam 5 Tahun, Insya Allah NU Bisa Transformasi

Obrolan ini terjadi usai peluncuran buku bertajuk ‘Menghidupkan Gus Dur: Catatan Gus Yahya Kenangan Yahya Staquf’ karya penulis AS Laksana di  Kebayoran, Jakarta Selatan, Sabtu sore (20/12/2021). Berikut petikannya:

Baca Juga: Gagasan Gus Yahya di Muktamar ke-34: Konsolidasi Organisasi hingga Jadikan NU Juru Damai Global

Soal hubungan NU dengan para habaib, ada tudingan NU menjauh para habaib, bagaimana tanggapan Anda?

Ini tudingan yang keliru dan salah sama sekali. Tidak ada itu NU menjauh dari para habaib. Tudingan itu mungkin muncul karena NU menghindari politik identitas.

NU tidak mau diajak dalam kompetisi politik identitas, walaupun habaib,  kita tidak mau jika itu urusannya denga politik identitas. Prinsipnya, kita tidak mau politik identitas.

Meskipun habaib jika itu terkait politik identitas, jelas NU akan menolak. Cina saja tidak mau, tentara ngajak ya tidak mau. Pokoknya NU nggak mau politik identitas, itu saja.

Apakah itu berarti NU menjauh dari para habaib? Itu enggaklah. Secara sosiologis juga tidak mungkin. Biasa saja.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU