> >

Apa Itu Childfree dan Kenapa Pasangan Enggan Memiliki Anak? Berikut Penjelasannya

Gaya hidup | 14 Desember 2021, 20:05 WIB
Ilustrasi pasangan yang memilih untuk childfree atau tidak memiliki anak. (Sumber: NOJ/LKo)

SOLO, KOMPAS.TV - Childfree sempat menjadi isu yang ramai diperbincangkan oleh banyak orang di media sosial Tanah Air dalam beberapa waktu belakangan ini.

Melansir HeylawEdu, istilah childfree bermakna sebagai keputusan dari seseorang maupun pasangan untuk tidak memiliki anak atau keturunan.

Meski keputusan tersebut bersifat sangat personal, kemunculan istilah childfree di Indonesia nyatanya masih sering dipandang tabu hingga banyak menerima stigma negatif dari masyarakat.

Dalam sebuah jurnal ilmiah yang ditulis oleh Patnani dkk, Indonesia pun disebut salah satu negara yang pro natalis, yang masih menganggap bahwa kehadiran anak itu dapat melengkapi pernikahan dan keluarga.

Baca Juga: Isu Childfree jadi Pembahasan Hangat, BKKBN: Ini Terkait dengan Pentingnya Edukasi Reproduksi

Maka dari itu psikolog sosial dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Tri Rejeki Andayani mengatakan, membuat keputusan childfree di Indonesia itu tidak mudah, karena ada pihak lain yang mesti dilibatkan seperti contonya yaitu keluarga.

Padahal, setiap orang maupun pasangan yang memilih childfree itu memiliki alasan masing-masing yang pastinya telah dipertimbangkan secara matang dan belum tentu pihak lain dapat memahaminya.

Namun, ada beberapa hal yang pada umumnya menjadi alasan bagi seseorang atau pasangan untuk memutuskan childfree.

1. Latar belakang keluarga

Setiap orang memiliki masa lalu sendiri-sendiri mengenai keluarganya. Apa yang mereka lihat di dalam keluarganya semasa mereka kecil dapat memengaruhi pilihan ketika dewasa.

Begitu juga dengan kenangan kurang baik serta kekecewaan yang mereka dapatkan pada masa kanak-kanan bisa mendorong individu atau pasangan tersebut untuk memilih childfree.

Latar belakang keluarga juga dapat memengaruhi dari sisi lain. Yaitu ketika seseorang memiliki keluarga yang membebaskan pilihan mereka.

Sehingga tersebut mereka memilih untuk childfree, mereka tidak merasa akan dihakimi maupun terpojokkan.

Baca Juga: Ungkap Alasan Pasangan untuk "Childfree", Begini Kata Psikolog

2. Isu lingkungan

Overpopulasi sedang menjadi isu tersendiri akhir-akhir ini. Populasi manusia yang semakin banyak juga sebanding dengan jumlah kerusakan lingkungan yang semakin tinggi.

Sebagian individu dan pasangan yang menyadari dan prihatin dengan isu ini memilih untuk tidak memiliki anak sehingga mereka tidak akan menambah jumlah populasi yang sudah ada.

3. Kondisi finansial

Keadaan finansial seseorang juga menjadi salah satu faktor childfree. Membesarkan dan merawat anak bukan hanya membutuhkan kesiapan mental namun juga perlu kesiapan finansial.

Mereka sudah memperhitungan kemampuan finansialnya bahkan hingga kemungkinan mereka tidak akan mampu membiayai tumbuh kembang anaknya.

Oleh karena itu mereka memutuskan untuk childfree agar dapat lebih fokus mengalokasikan dana untuk kebutuhan mereka sendiri yang juga tidak sedikit.

Baca Juga: Dongeng Sebelum Tidur Itu Penting Bagi Tumbuh Kembang Anak, Gol A Gong: Pengaruhi Karier Saya

4. Kekhawatiran tidak punya kemampuan untuk membesarkan anak

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, membesarkan seorang anak membutuhkan kesiapan mental. Di lain sisi, kondisi mental tiap orang pastinya berbeda-beda.

Mereka yang telah mengenali dirinya sendiri dan merasa tidak akan mampu membesarkan anak, akhirnya memilih untuk childfree.

5. Masalah maternal instinct

Melansir Verywellfamily.com, maternal instinct merupakan kemampuan emosional seorang wanita khusunya ibu dalam menentukan hal yang benar dan salah saat membesarkan anak.

Sebagian orang beranggapan bahwa maternal instinct penting dimiliki seorang wanita atau lebih tepatnya seorang Ibu. Alasan ini berkaitan dengan kemampuan Ibu dalam melindungi anak-anaknya.

Beberapa wanita khawatir mengaku tidak memiliki maternal instinct hingga ada pula yang terlalu merasa akan menjadi ibu super protektif terhadap anaknya.

Akibat kekhawatiran tersebut, mereka yang demikian tidak yakin dapat menjadi seorang Ibu yang baik sesuai harapan mereka.

Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU