Profil Abdoel Moeis, Sastrawan yang Mendapat Gelar Pahlawan Nasional Pertama
Sosok | 9 November 2021, 19:18 WIBMelalui Sarekat Islam itu, ia giat mengampanyekan otonomi yang lebih luas bagi Nusantara yang masih bernama Hindia Belanda.
Pada 18 Mei 1918, Abdoel Moeis menjabat sebagai anggota Volksraad (Dewan Perwakilan Rakyat). Karena terjadi pertentangan dalam tubuh Sarekat Islam, ia meninggalkan Jakarta dan kembali ke Sumatera Barat pada 1923.
Baca Juga: Kerap Ditanyakan, Hari Pahlawan 10 November Besok Apakah Libur? Ini Penjelasannya
Di Sumatera Barat, ia meneruskan perjuangannya dengan memimpin harian Utusan Melaju dan harian Perobahan yang kerap mengkritik kebobrokan Belanda.
Akan tetapi, pemerintah kolonial Belanda gerah karena keterlibatannya dalam gerakan adat dan perlawanan pada politik pajak tanah di tahun 1926/1927.
Untuk membatasi gerak politik Abdoel Moeis, Belanda “membuangnya” ke Pulau Jawa. Ketika kembali ke Jawa, ia tidak lagi melanjutkan aktivisme politiknya.
Abdoel Moeis lebih memilih menulis novel dan menerjemahkan karya sastra asing sampai dengan akhir hayatnya.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah novel “Salah Asuhan”. Abdoel Moeis juga menulis novel sejarah, yaitu “Surapati” dan “Robert Anak Surapati”.
Selain menulis novel dan cerpen, Abdoel Moeis menerjemahkan novel “Tom Sawyer” karya Mark Twain ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Tom Sawyer Anak Amerika”.
Ia menerjemahkan pula karya yang dianggap sebagai novel pertama di dunia: “Don Quixote” karya Cervantes menjadi “Don Kisot” dalam bahasa Indonesia.
Baca Juga: Ir Soeratin Soesrosoegondo, Pahlawan Nasional Sepak Bola Indonesia
A. Teeuw mengatakan bahwa Abdoel Moeis adalah orang yang termasuk golongan pertama sastrawan Indonesia yang nasionalis.
Di sisi lain, Pamusuk Eneste memasukkan Abdoel Moeis ke dalam Angkatan Balai Pustaka karena Abdoel Moeis termasuk orang yang menerbitkan novelnya di Penerbit Balai Pustaka.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : ensiklopedia.kemdikbud.go.id